Pages

Kamis, 25 Oktober 2012

ISLAM DAN SAINS
( Kajian terhadap pemikiran Pervez Hoodbhoy dan Osman Bakar )
Oleh:
Ahmad Munadi



Pendahuluan

Al-Quran memperkenalkan dirinya sebagai Tibyânan li kulli syai’ wa hudan wa busyro lil muslimîn, yang akan memberikan solusi terhadap segala persoalan manusia, karena itulah kemudian manusia berkewajiban untuk memahami petunjuk-petunjuk ( baca: al Quran ) tersebut.

Karakteristik yang membedakan Islam dengan lainnya adalah bahwa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu (sains). Al Quran menyeru kaum muslim untuk mencari dan memperoleh ilmu serta akan memberikan posisi yang tinggi bagi mereka yang memiliki pengetahuan (lihat: QS. al Mujadalah), dengan demikian tidak ada distorsi antara islam dan sains. Dalam islam, segala sesuatu berpusat pada kesatuan Tuhan (tauhid) dan sains merupakan media efektif yang akan menambah wawasan manusia akan eksistensi Tuhan. (Ghulsyani, 1996)

Korelasi al Quran dengan sains pada dasarnya menimbulkan debatable di kalangan pemikir islam, Imam Ghazali misalnya mengatakan bahwa al Quran mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan, namun tidak demikian dengan Imam Syatibi yang mengatakan bahwa sahabat tentu lebih mengetahui kandungan al Quran, akan tetapi tidak ada seorang sahabatpun yang menyimpulkan bahwa al Quran mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan. (Shihab, 2003)

Terlepas dari persoalan tersebut di atas, timbul pertanyaan adakah sains islam? Jika ada, bagaimana konstruksi metodologi sains islam tersebut? Dalam hal ini banyak kalangan menyimpulkan bahwa sains itu hanya untuk sains, artinya sains itu  netral – tidak ada sains islam, sains kristen, sains Hindu, sains Budha dan seterusnya - yang ditebengi oleh idiologi-idiologi tertentu, sehingga sains islam hanyalah “hayalan” belaka, yang bertujuan untuk melakukan “tebengisasi” islam dan sains dengan melakukan justifikasi sains dengan dalil-dalil idiologi. Inilah yang kemudian menjadi kecurigaan para ilmuan sementara ini.

Namun tentu saja naif kiranya jika kesimpulan tersebut di atas diamini begitu saja tanpa melakukan analisis yang lebih mendalam. Oleh karena itu, melalui tulisan ini akan dipaparkan sekilas persoalan tersebut dengan melakukan kajian terhadap 2 referensi yang bersebrangan yaitu Ikhtiar Menegakan Rasionalitas antara Sains dan Ortodoksi Islam karya Pervez Hoodbhoy dengan sebuah karya dari Osman Bakar yang berjudul Tauhid  dan Sains.

Pemikiran Pervez Hoodbhoy dan Osman Bakar: Sebuah Analisis 

Dalam bukunya Ikhtiar Menegakan Rasionalitas Antara Sains dan Ortodoksi Islam, Hoodbhoy memberikan gambaran terkait memprihatinkannya kondisi sains di dalam dunia islam. Hoodbhoy menuduh ortodoksi agama dan sikap intoleransi menjadi faktor utama penyebab musnahnya lembaga pengetahuan islam yang pernah jaya. Sehingga dengan begitu mudah juga melenyapkan budaya ilmiah di dunia islam. Hoodbhoy mengatakan bahwa saat ini umat islam terjebak dalam kebekuan abad pertengahan, menolak yang baru dan dengan frustasi terus bergantung pada kejayaan masa silam. (Hoodbhoy, h. 23)

Lebih lanjut Hoodbhoy (Hoodbhoy, h. 24) mengatakan bahwa sekitar 700 tahun lalu, peradaban islam hampir sepenuhnya telah kehilangan keinginan dan kemampuan  untuk memajukan sains walaupun banyak usaha-usaha yang pernah dilakukan pada periode Utsmani di Turki dan Mohammad Ali di Mesir, namun semua itu tidak mampu memulihkan kejayaan masa silam, bahkan sebagian kaum muslim tidak merasakan penyesalan terhadap kondisi ini justru mensyukurinya karena menurut mereka menjaga jarak dengan sains akan dapat memelihara islam dari pengaruh sekuler. 

Perkembangan ilmiah dan ideologi ( islam ) memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan, keabsahan kebenaran ilmiah ditentukan oleh hasil pengamatan, percobaan dan logika, namun sifat sekuler sains ini bukan berarti mengindikasikan bahwa sains tidak mengakui eksistensi tuhan. Para ilmuan bebas menganut suatu agama sefanatik mungkin, akan tetapi sains tidak mengakui satu hukum pun di luar dirinya, artinya sains bebas dari ideologi-ideologi tertentu.

Terkait persoalan ini, maka Hoodbhoy menuduh Nasr dan Sarder telah melakukan pekerjaan yang merugikan sains di negara-negara islam bila mereka menyeru pada “sains islami” yang dimotivasi secara religious, bukan secara kultural. Hoodbhoy berpendapat bahwa hanya ada satu sains yang bersifat universal, tidak ada sains Islam, sains Hindu, sains Kristen, sains Yahudi, dan sains Konghucu, serta sains-sains lain yang ditunggangi ideologi-ideologi tertentu. Jika sains ditunggangi ideologi islam misalnya akan sangat berbahaya, sebab bagaimana mungkin islam yang mengandung kebenaran abadi disandingkan dengan teori sains yang dapat berubah. Pemahaman tentang alam dapat berubah secara drastis sejalan dengan waktu dan sains tentu saja tidak akan sungkan lagi meninggalkan teori lama serta mendukung teori yang baru. (Hoodbhoy, h. 123-124) Jika hal ini terjadi, tentu saja kitab suci (al Quran)  tidak akan dianggap sebagai sesuatu yang maha sakral sebagai petunjuk yang haqiqi, karena telah bertentangan dengan realitas alam semesta.

Sementara itu, Osman Bakar dalam bukunya Tauhid & Sains  pada awal paragraf pendahuluan mengemukakan bahwa buku ini bertujuan untuk menyuguhkan diskusi mendalam tentang hubungan antara agama dan sains. Ide utama yang membentuk sifat dan corak hubungan tersebut adalah doktrin metafisika Keesaan Allah (Tauhid). Inti agama adalah penerimaan doktrin dan pengamalan nyata tauhid dalam semua domain kehidupan dan pemikiran manusia, sehingga penciptaan sains oleh seorang muslim mestilah berkaitan secara signifikan dengan doktrin tauhid. (Bakar, h. 29-30)

Dalam buku ini Osman menolak tegas anggapan bahwa sains islam tidaklah logis dan tidak rasional. Untuk menguatkan argumennya, Osman mengkaji perkembangan logika dan penggunaan metode eksperimen dan kemudian membandingkannya dengan metafora Tuhan sebagai “pembuat jam”, dalam hal ini Osman berusaha menunjukan bahwa observasi dan eksperimen muslim dibentuk atas dasar kesadaran akan eksistensi tuhan. Islamitas atau islami dari sains islam, muncul dari fakta bahwa spirit, kandungan pengetahuan, dan prakteknya ditentukan terutama oleh ajaran Islam, sehingga pada tingkat realitas fisik, kesadaran religious seorang muslim mmempengaruhi sikapnya terhadap realitas dan kajian ilmiahnya terhadap realitas tersebut, sebab dunia fisik tidak memiliki eksistensi yang berdiri sendiri akan tetapi selalu terkait dengan eksistensi tuhan. (Bakar, h. 75)

Terkait islamisasi sains ini, sekelompok muslim kontemporer mempertanyakan legitimasi istilah “ Sains Islam”  dengan berargumen bahwa kaum muslim masa lalu tidak pernah menggunakan istilah “sains islam” ketika mengacu pada sains dalam peradaban islam. Untuk menjawab persoalan ini Osman mengatakan bahwa, muslim masa lalu tidak menggunakan istilah ini disebabkan kebutuhan akan hal ini belum muncul, sehingga penggunakan istilah “sains islam” akan muncul manakala harus melakukan pembedaan yang tegas antara segala sesuatu yang bersifat “islami” dengan yang “non islam”. (Bakar, h. 31)

Terkait masalah metodologi dalam sains islam, Osman mengatakan bahwa berbicara tentang metodologi adalah berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan manusia untuk bisa memperoleh pengetahuan tentang realitas. (Bakar, h. 87) Apa yang dikemukakan Osman ini tentu saja mengindikasikan bahwa seorang ilmuan memiliki keterkaitan yang erat dengan objek kajiannya, objektivitas adalah bukan sekedar cara observasi empiris yang bebas nilai, akan tetapi harus memiliki pijakan dalam sains terutama yang berhubungan dengan realitas tertinggi (Tauhid), bukan sebagaimana yang terjadi pada sains modern.

Dengan demikian, maka sains menurut Osman tidaklah bebas nilai dan juga tidak sepenuhnya universal. (Bakar, h. 37)Apa yang dikemukakan Osman ini nampaknya berbeda dengan apa yang dikemukakan Hoodbhoy. Lebih lanjut Osman kemudian mengatakan bahwa secara praktis setiap aspek sains islam dibentuk diwarnai oleh keyakinan dan sistem nilai islam. Sistem nilai ini tentu tidak hanya berlaku bagi sains islam, akan tetapi berlaku juga pada peradaban lainnya, termasuk juga sains Barat Modern. 

Untuk membuktikan dimensi ganda sains ini, Osman mengemukakan bahwa, fakta historis menunjukan tidak ada satu budaya atau peradaban tertentu yang sepenuhnya mewarisi tradisi ilmiah dari para pendahulunya, apalagi seluruhnya. Setiap budaya atau peradaban tentu akan selektif mewarisi tradisi ilmiah dari pendahulunya dengan mengambil elemen-elemen yang sesuai dengan tata nilai budayanya. Demikian pula dengan islam, tentu akan secara selektif mewarisi peradaban Yunani, Cina, Persia, dan India. Demikian juga halnya dengan tradisi ilmiah yang dikembangkan sains modern, akan selektif mewarisi tradisi ilmiah peradaban islam. (Bakar, h. 38)

Penutup

Apa yang dianggap sebagai peradaban modern (sains modern) saat ini merupakan sumbangan terbesar yang telah diberikan oleh peradaban islam. Namun kesalahan terbesar yang dilakukan islam adalah ketidakmampuanya mengembangkan tradisi sains tersebut, sehingga sampai saat ini terpuruk di tengah-tengah kemajuan sains modern.

Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan sikap a priority complex di kalangan kaum muslim dengan melakukan justifikasi terhadap perkembangan ilmiah dewasa ini, sehingga muncul istilah “sains islam”. Istilah inipun kemudian memunculkan diskusi panjang.

Penggunaan istilah “sains islam” ini dengan getol dikampanyekan Osman Bakar dalam bukunya Tauhid & Sains, sementara itu di lain pihak justru Pervez Hoodbhoy menolak penggunaan istilah “sains islam” tersebut, sebab sains dinilai sebagai sesuatu yang bersifat universal dan bebas nilai. 

Sebagai penutup tulisan ini dapat disimpulkan bahwa Osman Bakar dan Pervez Hoodbhoy bersebrangan pemikiran terkait penggunaan istilah “Sains Islam”, namun tidak ada distorsi pemikiran yang signifikan dalam hal pandangan islam terhadap sains dan perkembangannya. 

Daftar Pustaka

Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains menurut alQuran”,( Bandung : Mizan), 1996
M. Quraish Shihab, Membumikan al Quran, (Bandung : Mizan), 2003
Pervez Hoodbhoy,“ Ikhtiar Menegakkan Rasionalitas antara Sains dan Ortodoksi Islam”, (Bandung: Mizan), 1996
Osman Bakar , " Tauhid dan Sains “ (Bandung: Pustaka Hidayah)
IMPLEMENTASI HYPNO TEACHING  DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
Oleh:
Ahmad Munadi

Pendahuluan

Pendidikan merupakan tumpuan harapan suatu bangsa agar bisa eksis di tengah  pergulatan kehidupan masyarakat internasional. Indikator keberhasilan sebuah proses pendidikan terdeteksi dari kualitas Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia yang berkualitas terlahir dari lembaga pendidikan yang berkualitas. Kualitas lembaga pendidikan tentu saja akan dipengaruhi oleh mutu sebuah proses pembelajaran, sebab proses pembelajaran menurut hemat penulis merupakan ruh dari sebuah lembaga pendidikan. Bagaimanapun “saktinya” sebuah kebijakan, ketika kebijakan tersebut tidak mampu diinterpretasikan secara tepat dalam proses pembelajaran, maka kebijakan tersebut akan “mandul”. Sebut saja kebijakan tentang kurikulum, fakta yang terjadi adalah serangkaian perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia ternyata hingga kini belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Terkait persoalan tersebut, maka dalam hal ini gurulah yang menjadi aktor utama rancang-bangun mutu sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas, di samping beberapa faktor lainnya. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan kosong  dari materi, esensi, dan substansi. Secanggih apapun sebuah kurikulum, visi misi, dan kekuatan finansial, sepanjang gurunya pasif dan stagnan, maka kualitas lembaga pendidikan akan merosot tajam, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, maka guru sebagai aktor yang terlibat langsung dalam proses pembelajaraan sejatinya mampu menciptakan produk-produk inovatif yang muncul dari kreativitas dan daya nalar yang tinggi. Kreativitas menurut Balnadi Sutadipura sebagaimana yang dikemukakan Jamal Ma’mur Asmani menjadi unsur penting bagi seorang guru. Kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya khayal, fantasi, atau imajinasi.
Dalam proses pembelajaran, kegagalan sebuah metode adalah ketika metode tersebut menjadi tempat bersandar terlalu lama, sehingga menyebabkan seseorang tidak bisa mandiri dan tergantung pada metode tersebut. Apabila pengajar dan para guru memahami cara berkomunikasi dengan bawah sadar siswa, tentu akan membantu dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode komunikasi yang digunakan dan cukup populer saat ini adalah teknik hipnosis. Hipnosis merupakan seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang dengan mengubah tingkat kesadarannya. Hipnosis tidak hanya berguna untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut kondisi fisik maupun psikis, melainkan juga dapat digunakan dalam upaya mengoptimalkan proses pembelajaran. Hipnotis dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah hypno teaching.
Dalam tulisan ini, penulis menawarkan sebuah metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan teknik hipnotis untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga daya kreatifitas siswa akan melejit dengan lebih maksimal.

Implementasi Metode Hypno Teaching  dalam Proses Pembelajaran PAI 

Hypno teaching  merupakan istilah baru yang seringkali menjadi objek pembicaraan akhir-akhir ini. Hypno teaching sendiri berarti suatu upaya menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pengajaran. Dengan demikian, maka hipnosis dalam pembelajaran bukanlah hipnosis sebagaimana yang dipahami pada beberapa tayangan acara televisi seperti Uya Kuya, Romy Rafael dan seterusnya. Namun hipnosis dalam pembelajaran hanya diarahkan untuk menciptakan kondisi kundusif dalam proses pembelajaran.
 Hipno teaching ini merupakan bagian dari ilmu hipnotis yang dikembangkan dewasa ini. Apa dan bagaimana hypno teaching, maka dalam tulisan ini, penulis akan mendeskripsikan model implementasi metode hypno teaching dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif terkait metode hypno teaching, tulisan ini akan diawali dengan pemahaman dasar tentang hipnotis.

Hipnosis: Definisi dan Sejarah singkat Perkembangannya 

 
Istilah Hipnotis berasal dari kata hypnosis yang merupakan kata dasar dari hypnos yang artinya “dewa tidur” dalam legenda Yunani.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Willy Wong & Andri Hakim, hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Sementara itu makna kata hipnotis adalah membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis.
Hipnotis merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan dari seseorang ke dalam diri orang lain, yang mengakibatkan si penerima pesan akan tergerak untuk melakukan perintah dari yang memberi pesan. Ibnu Hajar mengemukakan bahwa hipnotis merupakan suatu kondisi diberlakukannya peran imajinatif. Hipnotis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnotis yang umumnya terdiri atas rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti ini dapat disampaikan oleh seorang hypnotist di hadapan subjek atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek.
Pangumbaraan memberikan beberapa definisi hipnotis sebagai berikut:
1.     Hipnotis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakaukan kepada seseorang, di mana seseorang yang dihipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan
2.      Hipnotis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hypnotis
3.      Hipnotis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi
4.      Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang, sehingga mengubah tingkat kesadaran yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpa dan theta
5.      Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar
Berdasarkan rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat diformulasikan bahwa hipnotis merupakan sebuah ilmu komunikasi alam bawah sadar yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan dengan cara merubah gelombang kesadarannya.
Hipnotis sebagai sebuah ilmu sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, namun belum ada informasi yang jelas kapan hipnotis mulai ditemukan. John Af mengatakan bahwa ilmu hipnotis sama usianya dengan ilmu sihir, mistik, ilmu perbintangan, ilmu perwatakan (tabiat), ilmu ketabiban dan lain sebagainya. Lebih lanjut John Af mengatakan bahwa ilmu-ilmu sebagaimana yang dikemukakan tersebut banyak ditemukan dalam kitab-kitab kuno warisan Yunani, Mesir, India dan Arab.
Sejarah menginformasikan bahwa ilmu hipnotis mulai dipopulerkan pada abad ke 18 oleh Franz Anton Mesmer (1743-1814), seorang tabib di kota Wina yang menggunakan hipnotis untuk pasien-pasiennya yang sakit saraf. Teknik yang dilakukan Masmer ini dilakukan dengan menggunakan sifat alamiah magnetisme hewani. Masmer beranggapan bahwa pasiennya sembuh karena mendapat transfer magnetisme hewani dari dirinya. Selanjutnya teknik mesmer dilakukan oleh James Braid seorang dokter dari Inggris pada abad ke 19 yang kemudian menyimpulkan bahwa hipnotis bersifat psikologis.
Pada tahun 1958, American Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis dalam dunia kedokteran. Selanjutnya The British Medical Association dan Italian Medical Association for the Study of Hypnosis juga dibentuk dan menjadi salah satu ilmu yang resmi dipelajari dan diakui dalam dunia kedokteran.

Proses Terjadinya Hipnosis 

Proses hipnosis terjadi ketika terjadi perubahan pada gelombang otak dan ini sangat mempengaruhi perilaku manusia. Pada kondisi normal gelombang otak yang dominan adalah beta. Saat terjadi hipnosis maka gelombang otak akan berpindah dari beta ke alpha. Tulisan ini selanjutnya akan menguraikan lebih lanjut jenis-jenis gelombang otak pada manusia. Namun sebelumnya perlu dikemukakan di sini bahwa terdapat lima karakteristik utama dalam kondisi hipnosis atau trance yaitu: Pertama, Relaksasi fisik yang dalam, induksi cara yang digunakan untuk membawa subjek pindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar yang melibatkan konsentrasi fisik. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Saat rileks gelombang otak akan turun dari beta, alpha, theta dan delta.
Kedua, Perhatian yang sangat terpusat, dalam kondisi hipnosis perhatian akan terfokus. Dalam kondisi normal, pikiran sadar akan dipenuhi stimulus yang melalui lima pancaindra, namun dalam kondisi hipnosis perhatian akan terfokus pada satu stimulus.
Ketiga, Peningkatan kemampuan indra, eksperimen dengan menggunakan hipnosis menunjukan bahwa kemampuan indra dapat ditingkatkan. Indra dapat beroperasi dengan lebih akurat bila fungsinya diarahkan dengan menggunakan sugesti. Kemampuan berpikir logis meningkat tajam dan akurasi dalam berpikir deduksi juga meningkat.
Keempat, Pengendalian refleks dan aktivitas fisik, saat seseorang dihipnotis, detak jantung dapat dikendalikan, bagian tubuh dapat dibuat mati rasa, peiode menstruasi dapat diatur, sirkulasi darah dapat ditingkatkan atau dikurangi, tarikan nafas dan masukan oksigen menurun, temperatur tubuh berubah.
Kelima, Respons terhadap pengaruh pasca hipnotis, sugesti yang diberikan saat dalam hipnosis, dengan catatan kondisi sugesti ini tidak bertentangan dengan nilai dasar yang dipegang oleh subjek, akan dijalankan oleh subjek setelah ia tersadar atau bangun dari trance. Saat sugesti diberikan, subjek dapat menerima atau menolak atau langsung bangun secara spontan dari relaksasi hipnosis. Sugesti yang bersifat positif, baik, dan menguntungkan subjek akan lebih mudah diterima daripada sugesti negatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para pakar, proses hipnosis terjadi akibat pengaruh 3 aspek fisiologis yaitu, aktivasi sistem saraf parasimpatik, pola gelombang otak, dan interaksi otak kiri dan kanan. Selanjutnya dalam tulisan ini uraian akan difokuskan pada dua aspek yang pertama.

Aktivasi sistem saraf parasimpatik

Manusia memiliki dua sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori melalui otak dan saraf pada tulang belakang. Sistem saraf otonom mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran sadar.
Sistem saraf otonom yang  berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar terkadang  juga disebut susunan saraf tak sadar. Menurut fungsinya susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian yaitu: a) sistem simpatis yang terletak di depan kolumna vertabrata dan berhubungan serta bersambung dengan sum-sum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf; b) sistem parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang terdiri dari saraf otonom kranial dan saraf otonom sakral.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik bertanggung jawab terhadap mobilasi energi tubuh untuk kebutuhan yang yang bersifat darurat seperti jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, pernafasan menjadi lebih cepat. Sementara itu sistem kerja saraf parasimpatik mengakibatkan detak jangnung melambat, tekanan darah menurun. Respons parasimpatik mengakibatkan relaksasi dan ketenangan.

Pola gelombang otak

Di samping aktivasi sistem saraf, proses hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan pola gelombang otak pada manusia. Jaringan otak manusia menghasilkan gelombang listrik berfruktuasi yang disebut sebagai gelombang otak (brainwave). Gelombang otak ini terdiri atas empat jenis yaitu gelombang beta, alpha, theta, dan delta. Dalam satu waktu, otak manusia terkadang mampu menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan. Selanjutnya dari keempat gelombang otak tersebut pasti akan ada jenis gelombang otak yang dominan, inilah yang kemudian yang memperlihatkan aktivitas pikiran seseorang ketika itu.
Untuk mengetahui kondisi gelombang otak seseorang tentu tidak bisa dilakukan secara kasap mata, namun harus dilakukan dengan menggunakan detektor yang disebut dengan Electro Encephalograph (EEG). 

Gelombang Beta

Gelombang beta adalah gelombang otak yang dominan saat kondisi terjaga dan menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisis tinggi misalnya berolahraga, berdebat dan sebagainya. Dalam frekuaensi ini kerja otak cendrung memicu munculnya rasa cemas, khawatir, stres, dan marah.
Apabila diukur dengan alat pengukur gelombang otak, gelombang otak berputar sebanyak 14-24 putaran perdetik, sehingga dalam kondisi otak ketika itu tidak mudah menerima saran atau sugesti dari orang lain karena jumlah fokus cukup banyak dan sulit untuk diarahkan. Otak dalam kondisi beta sangat logis, analitisnonsugestif dengan jumlah fokus 5-9 fokus. Dalam waktu yang bersamaan fokus bisa tertuju pada banyak objek, contoh ketika berada di sebuah ruangan pandangan bisa terfokus pada  5-9 objek, baik lemari, kursi, meja dan sebagainya. 

Gelombang Alpha

Gelombang Alpha menggambarkan posisi khusyuk, rileks, mediatif, dan nyaman. Gelombang alpha mengindikasikan bahwa seseorang berada dalam light trance (kondisi hipnotis ringan) Gelombang Alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar mulai pasif, sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif. Pada kondisi alpha, stres pikiran pikiran akan lebih rileks dan gelombang otak akan berputar 7-14 putaran per detik.

Gelombang Theta

Pada kondisi theta kesadaran manusia lebih mengarah ke dalam dirinya sendiri misalnya ketika merasakan kantuk yang mendalam, pada kondisi ini pikiran bawah sadar sudah benar-benar aktif. Gelombang theta berada pada frekuensi yang rendah. Seseorang akan berada pada kondisi ini ketika ia sangat khusyuk dan merasakan keheningan yang mendalam (deep meditation), serta mampu mendengar nurani bawah sadarnya. Kondisi theta bisa juga disebut kondisi setengah tidur (mediatif) dan kondisi gelombang otak seperti ini bukan kondisi hipnotis yang diperuntukan dalam proses pembelajaran di kelas.

Gelombang Delta

Kondisi delta merupakan frekuaensi terendah, gelombang ini terdeteksi saat tertidur pulas dan tidak bisa menerima sugesti apapun. Dan seseorang yang memasuki kondisi ini tidak bisa terhipnotis.

Interpretasi tentang belajar

Uraian berikut akan diarahkan untuk melihat konsep dasar tentang pembelajaran dengan menelaah beberapa interpretasi pemikir-pemikir pendidikan tentang pembelajaran. Wetherington sebagaimana yang dikutip Nana Syaodih mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sementara itu Sardiman mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Senada dengan kedua rumusan tersebut, Surya mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Berdasarkan rumusan-rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan pada diri individu. Dari aspek pendidikan, belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya, seseorang akan lebih respek dan memiliki pemahaman yang lebih baik (sensitive) terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialami dan lebih responsif dalam melakukan tindakan.
Dengan demikian maka pembelajaran merupakan upaya membelajarkan atau upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Dalam pembelajaran ini terdapat dua aktivitas sekaligus yaitu aktivitas guru (mengajar) dan aktivitas siswa (belajar). Sementara itu Dunkin dan Biddle sebagaimana yang dikemukakan Madjid mengatakan bahwa proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Bruner sebagaimana yang dikemukakan Nasution mengatakan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga fase yaitu: (1) informasi, dalam setiap pelajaran siswa memperoleh informasi yang heterogen; (2) transformasi, informasi yang heterogen tersebut kemudian dianalisis, diubah ke dalam bentuk yang lebih abstrak dan konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas, sehingga disini diperlukan bantuan guru; (3) evaluasi, selanjutnya dilakukan proses penilaian mana yang bermanfaat di antara informasi yang diperoleh tersebut.
William Burton sebagaimana yang dirilis Oemar Hamalik mengemukakan beberapa prinsip belajar yaitu:
1.      Proses belajar adalah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going)
2.      Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada satu tujuan tertentu
3.      Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid
4.      Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu
5.      Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh heriditas dan lingkungan
6.      Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid
7.      Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan  disesuaikan dengan kematangan murid
Proses pembelajaran sesungguhnya melibatkan berbagai aktivitas, baik yang berhubungan dengan siswa maupun guru, sehingga dalam proses pembelajaran tercipta interaksi aktif antara guru dan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan selama ini belum secara optimal mampu membangun lingkungan interaksi aktif antara guru dan siswa. Terkait persoalan ini Dede Rosyada mengatakan bahwa model pembelajaran pasif menggambarkan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru menerangkan, murid mendengarkan, guru mendektekan murid mencatat, guru bertanya, murid menjawab. Model pembelajaran ini dianalogikan juga dengan pendidikan gaya bank, yakni pendidikan model deposito, guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya mencatat dan menfile semua yang disampaikan guru. Pengajaran model ini juga disebut dengan pendidikan gaya komando yang muncul di era 60 an dan 70 an. Dalam pengjaran model komando, guru biasanya mempersiapkan bahan untuk diterangkan kepada siswa, memberikan ilusterasi disertai contoh-contoh, dianalisis dengan berbagai faktornya, lalu disiapkan tes akhir pelajaran untuk mengukur keberhasilan pengajaran. 

Hypnoteaching dan Proses Pembelajaran

Informasi yang masuk melalui panca indera tidak secara langsung diserap oleh pikiran bawah sadar seseorang, namun membutuhkan daya analisis dari pikiran sadar yang disebut critical area. Critical area ini diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai filter informasi untuk menyeleksi hal-hal yang membahayakan dan bertentangan dengan diri. Untuk mengatasi critical area yang terlalu aktif pada diri seseorang, maka dibutuhkan hipnosis untuk menonaktifkan critical area, sehingga informasi yang diperoleh seseorang bisa diserap dengan mudah dan tersimpan di pikiran bawah sadar seseorang.
Hypnoteaching merupakan bagian dari ilmu hipnotis. Hipnotis sebagaimana yang dikemukakan pada uraian sebelumnya merupakan teknik komunikasi alam bawah sadar. Sementara itu hypnoteaching merupakan seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih kreatif, cerdas dan imajinatif.
Sebagaimana hipnotis pada umumnya, maka penyajian materi dengan menggunakan metode hypnoteaching dilakukan dengan mengkomunikasikan pikiran alam bawah sadar yang dapat menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara optimal terhadap materi yang disampaikan guru. Pikiran alam bawah sadar lebih mendominasi dalam setiap kegiatan manusia. Pikiran sadar hanya berpengaruh sekitar kurang lebih 12%, sementara pengaruh pikiran bawah sadar memegang kendali 88%. Pikiran bawah sadar lebih bersifat netral dan sugestif. Pikiran bawah sadar dapat diasumsikan sebagai sebuah memori jangka panjang manusia yang menyimpan berbagai peristiwa, baik yang berdasarkan pengalaman pribadi (eksperimental) maupun orang lain (induksi).
Kondisi hipnotis dapat dibagi menjadi hipnotis ringan (light hypnosis) dan hipnotis dalam (deep hypnosis). Proses belajar mengajar lebih menggunakan teknik light hypnosis. Dalam kondisi hipnotis ringan, gelombang pikir seseorang berada pada light alpha
Ibnu Hajar mengemukakan beberapa langkah dasar yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan metode hypnoteaching:

Niat dan motivasi dalam diri sendiri

Dalam mengimplementasikan metode ini, seorang guru harus menanamkan niat yang kuat, sebab niat ini akan memunculkan motivasi yang tinggi dan komitmen yang kuat.

Pacing

Pacing adalah menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau dalam hal ini adalah siswa. Adapun teknik melakukan pacing ini adalah: a) bayangkan usia guru setara dengan siswa; b) gunakan bahasa yang seringkali digunakan siswa; c) lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah sesuai dengan tema bahasan; d) kaitkan tema bahasan dengan tema yang seang trend di kalangan siswa; e) selalu up date  pengetahuan terkait tema bahasan

Leading

Leading berarti memimpin atau mengarahkan sesuatu. Proses ini dilakukan setelah pacing.
Dalam pembelajaran, guru harus mengkombinasikan antara peacing dan leading. Kombinasi kedua teknik ini akan menciptakan suasana kondusif dan efektif dalam pembelajaran. 

Gunakan kata positif

Langkah pendukung selanjutnya adalah menggunakan bahasa atau kata-kata yang positif. Kata-kata positif sesuai dengan sistem kerja pikiran alam bawah sadar yang tidak menerima sugesti negatif.

Berikan pujian

Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada siswa Anda. Khususnya ketika ia berhasil melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap berikan pujian. Termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya

Modeling 

Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah siswa menjadi nyaman dengan Anda, kemudian dapat Anda arahkan sesuai yang Anda inginkan, dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada Anda dimantapkan dengan perilaku Anda yang konsisten dengan ucapan dan ajaran Anda. Sehingga Anda selalu menjadi figure yang dipercaya.
Selanjutnya seorang guru ketika akan mengaplikasikan metode hypnoteaching dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Semua siswa dipersilahkan duduk dengan rileks
2.      Kosongkan pikiran untuk sesaat
3.      Tarik napas panjang lewat hidung, lalu hembuskan lewat mulut
4.      Lakukan secara berulang dengan pernapasan yang teratur
5.      Berikan sugesti pada setiap tarikan napas supaya badan terasa rileks
6.      Lakukan terus menerus dan berulang
7.      Perhatikan posisi kepala dari semua suyet. Bagi yang sudah tertidur, akan nampak tertunduk atau leher tidak mampu menahan beratnya kepala
8.      Selanjutnya berikan sugesti positif, seperti fokus pada pikiran, peka terhadap pendengaran, fresh otak dan pikiran, serta kenyamanan pada seluruh badan
9.      Jika dirasa sudah cukup, bangunkan suyet secara bertahap dengan melakukan hitungan 1-10, maka pada hitungan 10, semua sayet akan tersadar dalam kondisi segar bugar.
Hipnosis dalam pembelajaran sesungguhnya diperlukan untuk membendung aktifitas critical area siswa. Ketika aktifitas critical area siswa berada pada level yang cukup signifikan, maka informasi akan lebih sulit diterima dan direkam dalam memori jangka panjang (alam bawah sadar). Dalam kondisi ini, siswa akan menolak informasi-informasi yang bertentangan dengan keinginannya. Sebagai contoh, ketika siswa tidak menyukai salah satu materi pelajaran tentu ia akan sulit menerima informasi yang disampaikan guru. Hal ini terjadi karena dalam kondisi ini aktifitas critical area siswa cukup tinggi. Dengan demikian, maka seorang guru harus mampu menembus CA tersebut melalui metode hipnoteaching.
Andri Hakim mengungkapkan bahwa untuk dapat menembus CA, seorang guru harus memahami beberapa hal dalam proses hipnosis di antaranya: 1) Relaxation; proses pembelajaran harus dimulai dengan suasana yang menyenangkan yang dapat membuat siswa relaks, hal ini diperlukan untuk mengistirahatkan aktifitas CA. Relaxation ini bisa diciptakan dengan memperhatikan suasana kelas, penampilan pengajar dan kalimat pembuka yang dapat membangun motivasi siswa; 2) Mind Focus & Alpha State; hipnosis dalam pembelajaran bekerja pada level gelombang alpha yaitu mengkondisikan siswa untuk memasuki kondisi hipnosis (hypnosis state). Dalam kondisi ini siswa diharapkan lebih mudah merekam informasi ke dalam memori jangka panjang; 3) Komunikasi bawah sadar; komunikasi terkadang kurang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan tidak adanya komunikasi bawah sadar yang mendukung terjadinya sebuah “two way communication heart to heart” atau komunikasi dua arah dari hati ke hati”. Dengan demikian maka diperlukan beberapa hal untuk membangun komunikasi bawah sadar di antaranya: a) informasikan hal yang akan disampaikan kepada siswa; b) guru harus memperhatiakan cara penyampaian dan cara mengatakan informasi tersebut; c) kondisi atau situasi yang kondusif.
Dalam proses pembelajaran PAI, seorang guru bisa menjadikan metode ini sebagai alternatif untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dengan membawa siswa ke suasana rileks dengan mengubah gelombang pikiran siswa ke alam bawah sadar. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan suasana yang kondusif serta menumbuhkan daya kreativitas siswa.

Penutup

Pembelajaran merupakan ruh sebuah proses kependidikan, sehingga proses pembelajaran menjadi bagian yang cukup vital. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, seorang guru dituntut melahirkan produk-produk inovatif dan kreatif.
Hypnoteaching merupakan metode alternatif yang bisa digunakan guru dalam membangun suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Metode ini merupakan bagian dari aplikasi ilmu hipnotis yang bisa membawa siswa pada suasana relaksasi dalam menerima materi pelajaran.
Adapun sistem kerja metode ini adalah guru melakukan komunikasi pada alam bawah sadar siswa, hal ini dilakukan dengan cara mengubah gelombang otak dari beta ke alpha. Dengan demikian, maka  hipnosis dalam pembelajaran bukanlah model hipnosis yang dipersepsikan dalam acara-acara televisi, namun hipnosis dalam pembelajaran hanya berusaha membangun kondisi yang kondusif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran (siswa tidak dibuat tertidur). Dalam kondisi alpha, konsentrasi siswa akan terfokus, di saat inilah proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.

Daftar Pustaka

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Pengembangan standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Ade W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Communication, Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, Jakarta: Pt. Gramedia Utama, 2007
Agung Webe, “Smart Teaching 5 Metode Efektif Lejitkan Prestasi Anak didik”, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010
Andri Hakim, “Hypnosis in The Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar”,Jakarta: Visimedia, 2011
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2009
Eko Supriyanto, H., Inovasi Pendidikan: Isu-isu Baru Pembelajaran, Manajemen, dan Sistem Pendidikan di Indonesia, Surakarta: Muhamadiyah University Press, cet v, 2009
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Suatu Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004
Dianata Eka Putra, Mahir Hipnotis dalam 1 Hari”, Jakarta: Cetak Buku Publisher, 2010
Ibnu Hajar, Hypno Teaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapi, Yogyakarta: Diva Press, 2011
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kratif, dan Inovatif, Yogyakarta: Diva Press, 2010
John Af., “Hipnotis Modern”, (Djap Djempoel, 2009), h. 28
Lias Hasibuan, H., Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
M. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Nana Syaudih Sukmadinata, Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Pangumbaraan, K.S., “Master Hipnotis”, Djap Djempoel, 2010
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Setia I. Rusli & Johanes Arifin Wijaya, “The secret Of Hypnosis: Mengungkap Rahasia hipnosis, mencegah, menghindari, dan menghadapi kejahatan Hipnosis, Jakarta: Penebar Plus+, 2009
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Inegrasi dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Willy Wong & Andri Hakim, “Dahsyatnya Hipnosis”, Jakarta: Visimedia, 2010

Rabu, 24 Oktober 2012


MENDOBRAK DEGRADASI MORAL MELALUI POLA RELASI EFEKTIF GURU-SISWA DALAM PEMBELAJARAN 

Oleh:
Ahmad Munadi




Pendidikan merupakan pijakan utama kemajuan suatu bangsa serta menjadi sebuah key word dalam membangun peradaban yang humanis, namun tentu saja semua ini tidak lepas dari peran manusia selaku lokomotif yang akan menggerakan rentetan gerbong pendidikan tersebut. Dengan demikian pendidikan dan manusia merupakan dua rangkaian mata rantai yang mempunyai peran yang cukup signifikan dalam menggerakan laju roda peradaban suatu bangsa. Namun di satu sisi ternyata permasalahan pendidikan cukup dilematis, pendidikan akan menuai kecaman dari masayarakat jika manusia-manusia yang dilahirkannya selalu menebar bencana dan membawa efek negatif bagi masyarakat.
Mengurai dinamika pendidikan dewasa ini, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan yang sejatinya menjadi agent of change saat ini justru telah mengalami pergeseran. Pendidikan tidak lagi menjadi power dalam upaya penanaman nilai-nilai humanis. Banyak faktor yang kemudian mengarah kepada model pendidikan yang diimplementasikan selama ini, yang selanjutnya diduga sebagai biang terjadinya degradasi moral, akibat terjadinya pergeseran orientasi pendidikan tersebut.
 Persoalan tersebut di atas sebagai akibat dari paradigma pendidikan yang dibangun terpusat pada level kuantitatif dan bermuara pada tingkat kelulusan sebuah lembaga pendidikan, bukan pada level kualitatif yang menyentuh ranah moralitas lulusan. Muhammad AR (2003) mengemukakan bahwa, orientasi materialistis dunia pendidikan - yang menyajikan kurikulum dengan membekali peserta didik untuk mampu mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar -  juga merupakan bentuk disorientasi pendidikan, sehingga aspek moralitas menjadi bagian yang kurang terjamah.
Isu sosial yang melanda bangsa ini, sebut saja permasalahan korupsi, kasus narkoba, tawuran pelajar, genk motor, demonstrasi yang berujung pada aksi anarkhis dan sebagainya, merupakan imbas dari kerancuan paradigma pendidikan tersebut. Dengan demikian sangat wajar kemudian pendidikan dianggap telah gagal membangun peradaban yang humanis. Sebab peradaban humanis akan terwujud manakala pendidikan moralitas terealisasi, sehingga isu sentral yang menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana membangun model pembelajaran yang berbasis moralitas.
Perkembangan individu sebagian besar berlangsung melalui proses belajar, apakah proses itu terjadi secara langsung maupun tidak langsung, terjadi secara ilmiah ataupun alamiah. Terkait belajar, para ahli pendidikan memberikan beragam definisi tentang makna belajar. Wetherington sebagaimana yang dikutip Nana Syaodih (2004) misalnya mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola respons yang baru, yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Mencermati formulasi rumusan definisi tersebut, maka belajar sesungguhnya mempunyai korelasi yang cukup signifikan terhadap perubahan-perubahan pada diri individu yang belajar, terlepas apakah perubahan tersebut mengarah pada hal yang positif ataupun sebaliknya, sehingga belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah strategi pembelajaran atau pola interaksi yang dibangun antar guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Paradigma pembelajaran konvensional yang diterapkan selama ini terkonsentrasi pada ranah kognitif, sehingga menghasilkan sebuah irelevansi kognisi dengan prilaku peserta didik.  Institusi pendidikan lebih menekankan kuantitas kelulusan, bukan pada kualitas kelulusan. Sehingga tidak mengherankan kemudian banyak melahirkan peserta didik yang cerdas secara akademik, namun bobrok dalam prilaku. Penekanan kuantitas lulusan terindikasi pada orientasi pendidikan yang cendrung mengarah pada peningkatan kemampuan intelektual peserta didik (cognitive oriented), bahkan kebanyakan praktisi pendidikan berasumsi jika aspek kognitif berhasil dikembangkan dengan baik, maka aspek afektif tentu akan berkembang positif. Namun, dalam implementasinya cognitive oriented ini justru tidak berbanding lurus dengan pengembangan aspek afektif atau internalisasi nilai-nilai karakter (moralitas) dalam pendidikan.
 Disorientasi pendidikan sebagaimana terurai di atas, sesungguhnya mengarah pada pergeseran pola relasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sebab relasi guru dan siswa dalam pembelajaran yang dibangun selama ini terpola dalam relasi antar subyek-obyek, sehingga memunculkan komunikasi monologis antar guru-siswa. Karena itulah kemudian dibutuhkan sebuah paradigma baru dalam membangun pola relasi antar guru-siswa yang lebih dialogis.
Eksistensi manusia sesungguhnya terpartisi dalam tiga relasi, yaitu relasi subyek-obyek, relasi antar subyek, dan relasi subyek dengan Tuhan. Relasi subyek-obyek, mengarah pada sebuah pola interaksi manusia dengan obyek material, dan relasi subyek-obyek ini menghasilkan interaksi yang bersifat satu arah atau monologis (aktif-pasif). Subyek ketika berinteraksi dengan obyek pada pola relasi subyek-obyek (kognitif) memanfaatkan ranah kognisi, sehingga menghasilkan pengetahuan tentang obyek tersebut, yaitu antara “mengetahui” dan “diketahui”. Relasi berikutnya adalah, relasi antarsubyek, yaitu relasi sesama manusia yang selanjutnya menghasilkan pola relasi yang bersifat dua arah atau dialogis (aktif-aktif). Pada pola relasi ini terbangun komunikasi antar kesadaran, sehingga menghasilkan pengakuan, penghargaan, empati antar subyek. Relasi yang ketiga adalah, relasi subyek dengan Tuhan (trans-rekognitif), yaitu relasi ketundukan kepada sang Pencipta, dalam rangka membangun kepasrahan, ketundukan, serta ketaqwaan kepada Tuhan yang selanjutnya menghasilkan ketenangan bathin.
Dalam dunia pendidikan, model pembelajaran konvensional yang diterapkan selama ini, nampaknya mengadopsi model interaksi dengan pola relasi subyek-obyek (kognitif), sehingga komunikasi guru dan siswa bersifat satu arah, pembelajaran berpusat pada guru, gurulah yang menjadi pemeran utama, guru menjadi super hebat, bahkan guru menjadi maha kuasa dan maha mengetahui, sementara siswa hanya menjadi pendengar setia. Pola komunikasi monologis yang dibangun guru-siswa selama inilah yang kemudian menjadi embrio munculnya model pembelajaran pasif.
Interaksi manusia termasuk juga di dalamnya, proses interaksi guru-siswa, berkaitan dengan “makna”, “makna” muncul dalam setiap tindak komunikasi dan keterhubungan antar individu. Sementara komunikasi adalah tujuan, sehingga semua partisipan dalam tindak komunikasi adalah sejajar. Terkait pembelajaran pasif , Paulo Freire menyebutnya sebagai model pendidikan “gaya bank” dengan model deposito yaitu guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuan pada siswa dan siswa hanya menerima, mencatat dan men-file semua yang disampaikan guru. Pendidikan model ini merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap siswa karena telah mempetieskan daya nalar yang selanjutnya menghambat kreatifitas dan pengembangan potensi siswa.
Bertolakpijak pada narasi tersebut, maka konsep mengajar pun akhirnya mengalami pergeseran makna, di mana mengajar sebagaimana yang dikemukakan Kenneth D. Moore dalam Dede Rosyada diformulasikan sebagai sebuah tindakan dari seseorang untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Pandangan ini bermuara pada sebuah paradigma bahwa tingkat keberhasilan mengajar bukan pada seberapa banyak ilmu yang disampaikan guru kepada siswa, tetapi seberapa besar guru memberi peluang pada siswa untuk belajar. Dengan demikian, iklim pembelajaran yang sejatinya dibangun adalah bagaimana kemudian guru dan siswa menempati posisi yang sama tanpa ada unsur menguasai dan dikuasai, sehingga melahirkan interaksi yang saling berterima antar subyek (guru-siswa) sebagaimana konsep yang dibangun berdasarkan model pembelajaran rekognitif yang menekankan aspek demokratisasi.   
Seiring dengan berhembusnya iklim demokrasi di negeri ini sudah saatnya dilakukan upaya serius untuk membumikan nilai-nilai demokrasi tersebut di kelas. Prinsip kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan kewajiban akan  menumbuhkan semangat persaudaraan antara siswa, dan guru harus menjadi roh pembelajaran di kelas pada mata pelajaran apa pun. Interaksi guru dan siswa bukanlah sebagai subyek-obyek melainkan sebagai subyek-subyek yang sama-sama belajar membangun karakter jati diri dan kepribadian.
Penelitian menunjukan bahwa kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan berkomunikasi berpengaruh 80% pada keberhasilan seseorang di masyarakat atau lebih besar di banding dengan kecerdasan otak yang hanya menyumbang 20% untuk keberhasilan seseorang.
Moral merupakan persoalan yang sangat esensial dalam kehidupan manusia. Eksistensi Islam sebagai sebuah ideologi adalah untuk membimbing manusia dan memberikan solusi terhadap berbagai persoalan kemanusiaan. Di antara  persoalan kemanusiaan yang melanda bangsa Indonesia saat ini adalah persoalan akhlak atau etika. Etika dan moralitas adalah puncak nilai keberagamaan seorang muslim dan sebagai indikator kesempurnaan iman seseorang. Hal ini sealur dengan apa yang dititahkan Rasul Muhammad SAW dalam sabdanya: Muslim yang paling sempurna imanya adalah mereka yang paling baik akhlaqnya” bahkan tujuan Nabi Muhammad SAW diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” .
Miqdad Yaljin sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad AR mengatakan bahwa moral adalah setiap tingkah laku yang mulia, yang dilakukan oleh manusia dengan kemauan yang mulia dan untuk tujuan yang mulia pula. Lebih lanjut Miqdad mengatakan seseorang yang memiliki moral adalah manusia yang memiliki kemuliaan dalam hidupnya, lahir dan bathin. Terkait persolan tersebut, Ahmad bin Muhammad Sholeh mengatakan bahwa akhlak bukan saja suatu tindakan yang lahir (nyata), akan tetapi meliputi perasaan, pemikiran, dan niat baik secara individu maupun berkelompok.
 M. Athiyah al Abrasyi sebagaimana yang dikemukakan Zuhairini, mengatakan bahwa untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia, Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam dan mencapai akhlak yang sempurna merupakan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dan bukanlah tujuan pendidikan dan pengajaran dalam rangka mengisi otak pelajar dengan informasi-informasi kering dan mengajar mereka dengan pelajaran yang belum diketahui.
Sejalan dengan narasi tersebut, maka pendidikan Islam sesungguhnya mengemban misi yang tidak hanya terbatas pada transformasi ilmu pengetahuan yang menjurus pada peningkatan kemampuan intelektual semata, tetapi juga internalisasi nilai-nilai spiritual religious dan moral etika, yang justru harus mendapat prioritas dan ditempatkan pada posisi tertinggi. Terkait persoalan ini, presiden menggulirkan Inpres No. 1 Tahun 2010 dengan menjadikan isu karakter bangsa sebagai skala prioritas pembangunan. Dalam inpres tersebut, presiden melalui program penguatan metodologi dan kurikulum menargetkan terimplikasinya uji coba kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
Perbedaan yang kontras antar pendidikan masa lalu dengan masa kini adalah dimana pada masa lalu pendidikan banyak diarahkan kepada pembangunan karakter, sementara pendidikan masa kini lebih menekankan pada ketrampilan dan keahlian. Banyak ahli mencatat bahwa pendidikan selama ini hanya menonjolkan pembentukan kecerdasan berfikir dan cendrung mengabaikan kecerdasan rasa, budi dan batin. Konsep Taksonomi Bloom yang menjadi pijakan setiap guru selama ini, belum sepenuhnya teraplikasi sebab teknik evaluasi pada hasil belajar siswa seringkali diukur pada hasilnya tanpa melihat proses, sehingga yang diukur cenderung pada kemampuan kognitif saja. Dengan demikian, maka penekanan hasil belajar menjadi timpang. Banyak anak pintar akademisnya, tetapi memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan masyarakat.
Menganalisa perubahan nilai dalam konteks guru dan siswa, maka implikasinya  dalam pembelajaran adalah otoritas guru digugat. Otoritas mengarah pada sebuah pemahaman bahwa guru menjadi satu-satunya pemeran utama di kelas. Guru dengan otoritasnya berhak memaksa para siswa taat dan mengikuti idenya. Guru memiliki kekuasaan karena statusnya. Tetapi jika guru serta merta memaksakan sebuah nilai, hasilnya justru akan kontra produktif dalam rangka penanaman nilai. Nilai yang diyakini guru bisa saja mendapatkan tantangan. Dengan demikian maka  guru harus terbuka terhadap nilai-nilai yang baru. Harus terjadi dialog nilai antar guru dan siswa. Kemudian guru harus bisa mengambil posisi, bukan mengajarkan nilai yang sudah jadi, tetapi menjadi kawan agar siswa bisa mendapatkan nilai tertentu berdasarkan kemerdekaan pribadi siswa tersebut. Seiring kematangan siswa dalam mentransfer serta menginternalisasikan nilai. Dengan demikian ketaatan siswa terhadap guru dalam proses internalisasi nilaipun semakin longgar. Sehingga dari sini kemudian akan terlihat jelas implikasi pembelajaran rekognitif - yang menekankan pola relasi subyektivitas, di mana guru harus memposisikan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran, bukan sebagai obyek - terhadap pembumian nilai-nilai akhlaq kepada peserta didik.
Persoalan tersebut di atas sekali lagi tidak lepas dari paradigma pembelajaran yang diterapkan selama ini, di mana relasi yang dibangun guru-siswa dalam interaksi belajar mengajar tidak efektif dalam membumikan nilai-nilai moral (akhlaq), sehingga terjadi irelevansi kognitif dengan prilaku siswa. Dengan demikian, perlu arah baru dalam proses pembelajaran di mana pola relasi antara guru-siswa  direkonstruksi dengan menempatkan guru-siswa pada posisi yang sejajar (relasi subyektifitas), sehingga dengan pola komunikasi ini akan memunculkan sikap yang saling berterima antar subyek. Wallahua’lam.

NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN)
MTs. AL-AZIZIYAH PUTRI T.P. 2009-2013


 NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN)T.P. 2009/2010


NONISNNAMANPSN
19940829944Intan Novilia50219550
29940829952Riski Amalia50219550
39940829953Nurul Huda50219550
49940829967Uswatun Hasanah50219550
59940829971Anita Pardani50219550
69940829972Hamdalah50219550
79940829974Yeni Aprianti50219550
89940829981Mia Ekawati50219550
99940829982Mei Nia Lestari50219550
109940829985Yushinta Melanda Yani50219550
119940829986Irma Kurnianingsih50219550
129940829989Raudatul Aeni50219550
139940829991Riadatul Laeli50219550
149940829992Nikmah50219550
159940829997Sovia Rabiatul A'la50219550
169940840001Nazilatul Mudrikah50219550
179940840009Fatmawati50219550
189940840011Mislihan50219550
199940840013Raehun Maulani50219550
209940840017Arniati50219550
219940840018Rositawati50219550
229940840019Sukaeni Purmaningsih50219550
239940840021Anggita Novitasari50219550
249940840022Muliani Wahyuni50219550
259940840024Siti Nurul Hikmah50219550
269940840025Fauziah Ismi50219550
279940840028Ria Anggraini50219550
289940840029Rani Okviani50219550
299940840031Fujianti Astuti50219550
309940840033Rizka Muliani50219550
319940840036Zulpiana50219550
329940840039Suci Mukaddimatul J50219550
339940840042Ultah50219550
349940840043Alifia Permana Zahara50219550
359940840044Soraya Ahadiyah Balqis50219550
369952040486Rizka Rahmawati50219550
379952040487Rina Rosiana50219550
389952040488Haliyawati50219550
399952040489Nela Sukma Pandini50219550
409952040490Bq. Sunyi K.A50219550
419952040491Dian Lestari50219550
429952040492Indah Al-Umam50219550
439952040493Wardiyah Aini50219550
449952040494Fazlina Nuzulaiha50219550
459952040495Laely Rahmi Nartani50219550
469952040497Solehatun50219550
479952040498Juriadah50219550
489952040499Mustianti50219550
499952040500Hildatun Toyyibah50219550
509952040501Sakinah Wulandari50219550
519952040502Sri Anjar Sari50219550
529952040503Siti Baitul Jannah50219550
539952040504Sulhiyati50219550
549952040505Hilmawati50219550
559952040506Zultia Susanti50219550
569952040507Marista Iswan50219550
579952040508Husniawati50219550
589952040509Rosiani50219550
599952040510Husnul Khotimah50219550
609952040511Wina Puji Aprianti50219550
619952040512Ramlah Nur Laili50219550
629952040513Rina Selviana50219550
639952040514Diana Elvia Puspitasari50219550
649952040515Unji Kartina Aulia50219550
659952040517Aminatuzzahrah50219550
669952040518Atsya Zulhisni50219550
679952040519Nadia Hasan50219550
689952040520Rikka Razak50219550
699952040521Nurul Khaeniyah50219550
709952040522Sofia Ningsih50219550
719952040523Halimatussai'dah50219550
729952040524Wiwin Pitriana50219550
739952040525Hani Funnisa Riska Fani50219550
749952040526Maya Sakdiyatul Mukarromah50219550
759952040527Nivia Irmaya Utami50219550
769952040528Aminatun Zohariyah50219550
779952040529Sonia Wulandari Sulaiman50219550
789952040530Yuni Sarah50219550
799952040531Arinal Haqqi50219550
809952040532Yunia Sopiani50219550
819952040533Queen Nadzofah50219550
829952040534Bq. Dena Juliana50219550
839952040535Emanisya Arumdani50219550
849952040536Mega Sintiawati50219550
859952040537Dwi Rosmala Widyana50219550
869952040538Istiyani50219550
879952040539Haryati Dewi50219550
889952040540Ika Astuti50219550
899952040541Irma Raudatul Jannah50219550
909952040542Hayati50219550
919952040544Nura Hildati50219550
929952040546Ita Asmuni50219550
939952040547Hani Malkan50219550
949952040548Bq. Laeli Sa'adati50219550
959952040549Dea Angela Septiana50219550
969952040550Kamila Wirdiati50219550
979952040551Deby Rienia Agustina50219550
989952040552Dian Permatasari50219550
999952040553Hidayati Shobihatin50219550
1009952040554Nurul Aini50219550
1019952040555Nanda Farha Zakiyah50219550
1029952040556Anisa Endrawati50219550
1039952040557Eva Imaniarti Rahmawati50219550
1049952040558Rahasti Isnaini50219550
1059952040559Erika Yusilawati50219550
1069952040560Dewi Kartika Yulien50219550
1079952040562Suci Hendra Lestari50219550
1089952040564Hariyani50219550
1099952040565Ririn Wahyuningsih50219550
1109952040566Siti Zakiyah50219550
1119952040567Herlinamawati50219550
1129952040569Rara Khafidzoh Wulandari50219550
1139952040570Hilda Fahrani50219550
1149961929332Nurul Haironik50219550
1159961929333Siti Hardiyanti50219550
1169961929334Intan Atika50219550
1179961929335Bq. Nurul Fathimawarni50219550
1189961929336Laili Wahyuni50219550
1199961929337Apsari Julaiha50219550
1209961929338Lia Rizki Tania50219550
1219961929339Malkan Faizah50219550
1229961929340Riani Maratussoleha50219550
1239961929341Ainul Huda50219550
1249961929342Fitrina Hidayaturrohmi50219550
1259961929343Nurul Istiqomah50219550
1269961929344Bq. Hikmatul Hasanah50219550
1279961929345Devi Lilia Sulistiani50219550
1289961929346Aulia Diah Pratiwi50219550
1299961929347Siti Fatimatuzzahrah50219550

NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN)T.P. 2010/2011


NONISNNAMANPSN
19964885786Agustina Darmayanti50219550
29964886539Andi Mutiah Az-Zahra50219550
39964886540Anugerah Al Layli50219550
49954849393Asri Yuni Hidayanti50219550
59964886544Baiq Ita Kartikawati50219550
69964886553Huzaima Sa'idah50219550
79964886555Nidaan Khafiia50219550
89954849403Inggit Sintiani50219550
99964886563Laelatunniam50219550
109954849405Novia Sari50219550
119964886592Najua Mas'ud50219550
129964886594Ria Lestari50219550
139964886598Wahlul Adriani50219550
149954849417Ulfa Khairunnisa50219550
159954849419Qudwatun Hisan50219550
169964886605Wellaza Fajarizka Kuanima50219550
179964886608Hidayatusholiha50219550
189954849560Maya Indatul Mutmainnah50219550
199964886620Zati Syara Vina50219550
209964886621Zahratun Amalia50219550
219954849562Windi Alfani50219550
229954849564Riati50219550
239964886627Rina Noviana50219550
249964886630Rizka Laily Fitriana50219550
259943068691Siti Zohriah50219550
269954849567Yunita Rizkianti50219550
279954849568Sofiatul Wahidah50219550
289954849570Nur Aini50219550
299954849571Siti Maryam50219550
309964886638Ulfa Apriani Putri50219550
319964886656Sri Ayu Wahyuni50219550
329964886659Risky Amelia50219550
339973820636Ummul Khair Binti Amir50219550
349954849589Wulan Sani50219550
359964886664Wiwin Sri Wahyuni50219550
369964888212Nadya Fandytha Sakura50219550
379954861100Yuni Halimaturrahmi50219550
389964888213Rohmi Afrilian50219550
399954861102Siti Handayani50219550
409954861105Rani Sahriani50219550
419964888221Siti Hendon50219550
429954861116Siti Suhartina50219550
439954861192Hadijah50219550
449964888279Miftahul Jannah50219550
459964888280Solehah50219550
469964888281Siti Nahdiyanti Najwa50219550
479954861197Safitri50219550
489954861198Hasniatun Iza50219550
499964888284Raedha Artiani50219550
509964888289Nadiya Firdausi50219550
519964888290Evi Lutfiani50219550
529964888291Baiq Titin Ayu Hartina50219550
539964888292Baiq Jessy Pebrianingsih50219550
549964888293Putri Ayu Lara Ramhadita50219550
559964888294Baiq Silvia Evaluasi50219550
569964888295Zahidah Hibbul Baqy50219550
579964888299Lina Dwi Mahya Ziana50219550
589964888307Baiq Titian Hadi Nugraha50219550
599954861226Azizatul Hidayah50219550
609973822089Reni Astikandi50219550
619964888308Al Nur Ilmi50219550
629954861227Siti Maesarah50219550
639964888309Nursipak50219550
649954861228Juwita Prayani50219550
659964888310Ivana Silviana50219550
669964888319Linda Sulisthianingsih50219550
679964888320Penas Triana50219550
689964888321Baiq Monanggi Kusuma Putri50219550
699964888322Malatul Husnia50219550
709964888323Masuji Ratu50219550
719964888324Munawati50219550
729964888325Danik Rahmanillah50219550
739964888327Martvie Anggi Larassati50219550
749964888330Bela Indahsari50219550
759943080245Faizah50219550
769954861260Ismiati Asri50219550
779964888331Embun Megayanti50219550
789964888332Baiq Yulia Fitriani50219550
799964888333Rizkiyah Handayani50219550
809964888334Wira Wiriyanti50219550
819964888335Nur Lefiana50219550
829964888336Riska Arisanti50219550
839964888337Aulya Ulfah50219550
849954861261Almah50219550
859964888342Riskayanti50219550
869964888368Birlianty50219550
879964888370Andayani50219550
889954861287Dani Mendi Lestari50219550
899954861290Baiq Mira Nurhidayah50219550
909964888372Nunung50219550
919954861291Sobibatul Bahiji50219550
929964888373Husnul Khotimah50219550
939973822120Husnul Hidayanti50219550
949973822121Wiwin Febriani50219550
959954861292Yunanda Hidayati50219550
969954861293Finda Darratul Aulia50219550
979964888374Rezky Amelia50219550
989964888375Elmi Widayanti50219550
999964888376Sulistia Aprianti50219550
1009964888377Huswatun Hasanah50219550
1019954861294Fitria Dwi Kusuma50219550
1029964888378Mina Wahidaturrahmi50219550
1039964888384Siti Suhadah50219550
1049964888385Rodiatul Mardiah50219550
1059964889552Nidaul Latifah50219550
1069954862358Fadila Maulidina50219550
1079954862359Nenzi Hawakuldiawati50219550
1089964889559Rohimah50219550
1099954862366Nofiatun Mardiah50219550
1109954862370Rizka Haryati50219550
1119964889560Rofiatul Idaini50219550
1129964889562Nindyani Anwar50219550
1139954862376Laeli Farida50219550
1149954862378Auliya Indah Pratiwi50219550
1159964889627Novita Ayu Isnaeni50219550
1169964889629Qurrota A'yun50219550
1179964889631Meyta Zahrah Yanti50219550
1189973823512Hesty Maulida Eka Putry50219550
1199954862423Dini Daroyatun Hasanah50219550
1209964889632Nurhasisah50219550
1219954862424Intan Rizkiati Ahrar50219550
1229964889634Siti Nur Ansor Madaniah50219550
1239964889635Siti Nur Nazipatul Makiah50219550
1249954862428Izatul Baeni50219550
1259964889641Defi Karisma Shinju50219550
1269954862429Hudaniati50219550
1279954862430Huratul Aini50219550
1289973823522Fitri Diniati50219550
1299954862431Denda Diah Patayani50219550
1309964889643Hilmiatun Hidayah50219550
1319954862432Hilmiati50219550
1329954862434Maya Lestari50219550
1339954862436Neng Dede Mariami50219550
1349954862437Nurhaeni50219550
1359954862438Laelatul Fitri50219550
1369964889644Kurnia Dwi Sari Ningsih50219550
1379964889645Nurul Hikmah50219550
1389954862439Mustika Dewi50219550
1399964889646Istiara Rahayu Prihatien SP.50219550
1409964889647Novita Aprilliana50219550
1419954862440Napilawati50219550
1429964889648Hanna Zakia50219550
1439964889649Linda Eka Wahyuni50219550
1449964889650Dwi Nanda Khoirunnisa Hakim50219550
1459954862441Mira Midiyawati50219550
1469964889651Izza Alfianti50219550
1479964889652Lia Audina50219550

NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN)T.P. 2011/2012
 
NONISNNAMANPSN
19964889030ALIVIA NANDA PUTRI50219550
29973822781ALVIANA SHOLEHA50219550
39964889044ANANSIA TANJANI50219550
49973822866ANNISA FITRIA ISLAMI50219550
59973822831ASMANIA NURUL ASYIAH50219550
69973822854BAENIL KARNIA50219550
79973822771BAIQ ADE VEBRIAMI50219550
89973822883BAIQ DINA DEVIANA50219550
99973822841BQ. ANNISA YULFANA NALURITA50219550
109964889049BQ. DWI PUTRI ANDINI50219550
119973822793BQ. HAULA ZULFANI50219550
129973822840BQ. MUTHMAINNAH50219550
139973822780BQ. RISMA MELATI50219550
149964889072BQ. USWATUN HASANAH50219550
159973822799BQ. ZIKRIA ROPIANUL HUSNA50219550
169983240573CHARINA AULIA ULFA50219550
179973822825DAYANK NURUL HUDA50219550
189973822861DENDA DIAH ARLINA50219550
199964889070DESI SOFIAYANTI FAIRUS50219550
209973822875DIAN FITRI HIDAYAH50219550
219964889038DITA KHARISMA VARAMUDITA50219550
229973822797ELLY MARLIANA50219550
239964889061ELSHA OKTAVIA LESTIANA PUTRI50219550
249973822862ELVIRA ROSA50219550
259973822770EVA NUR AFIFAH50219550
269973822768EVI YULIANINGSIH50219550
279964889025EVITA FITRIA50219550
289973822794FARIDA MULIANA ALWI50219550
299964889052FATMI MALIHAH50219550
309973822775FEBRIYANIYE SUSI SUSANTI50219550
319964889036FIKA KHALISATUN50219550
329964889037FIKI HANABILLAH50219550
339964889057FITRIANI50219550
349973822774GEMA SUKMA PRATIWI50219550
359983240497HARTIMANINGSIH50219550
369973822808HASANAK FIRDAUSI MUZNI ZAINI50219550
379964889048HENI AGUSTINI ILHAMI50219550
389973822844HESTI LESTARI50219550
399973822864HIKMATUNNISAK50219550
409954861854HUDRIANAH50219550
419964889068HUSWATUN HASANAH50219550
429964889028IDA MARIANI50219550
439973822783IDAWATI50219550
449973822882IKA RATNASARI50219550
459973822769IKA YUNITA SARI50219550
469973822811INDAH RATNA NINGSIH50219550
479964889022ISKA RAMDAYANI50219550
489973822860ISMA NURHARYANI50219550
499973822787JULIANA DAMAYANTI50219550
509964889021KIKI RAHMAWATI50219550
519973822773KINAN DINI RAISSADIRA50219550
529973822778KURNIA RAHAYU50219550
539973822846LAILI INDAH MAYA MERU50219550
549973822824LASMI JULIA ADEKANTARI50219550
559964889045LAYA ZURFANI50219550
569973822857LI A KHUSNUL KHOTIMAH50219550
579964889046LIA AUDINA50219550
589964889043LILIS SUTI MALIANDA50219550
599973822814LINA YULIANI50219550
609964889035LISNAWATI50219550
619964889039LU'LU WAL MARJAN50219550
629973822777MANIA FIRDAWATI50219550
639973822790MARLYANTI50219550
649964889040MATLA'AH50219550
659964889041MAULIA HARDIAN HAYATI50219550
669973822828MAULIDIA SAURI50219550
679973822842MEGA LESTARI50219550
689973822823MILA ARIMURTI50219550
699964889071MUSNIATI50219550
709973822817NADIYA NINGRUM PRADIFTA50219550
719973822788NAELA ROYANI50219550
729964889069NANA ANDRYANA50219550
739973822851NASIATUL LAILY50219550
749973822767NELAWATI RAMDHANI50219550
759983240570NEPIANA50219550
769973822843NIA NUR ANISA50219550
779964889055NININ SARI PARDIANA50219550
789973822776NONIK50219550
799964889064NOVI ALVIANTI50219550
809964889063NOVI OKTAVIA50219550
819964889067NOVIANTI50219550
829983240515NUNUNG HENDRIANA50219550
839983240585NUR FADILA AL-ADABIYAH50219550
849973822791NURHASANAH50219550
859964889074NURHAYATI ISLAMIAH50219550
869973822835NURIL MU'MINAH50219550
879973822796NURUL FITHRIA50219550
889973822772NURUL RAHMANIA50219550
899973822855PARHAINIWATI50219550
909964889023RAUHUL LUBNA UMAR50219550
919964889054REKA HUZAEMA50219550
929964889050RENI SILVIA YULI SAFITRI50219550
939973822848RHANA WULANSARI50219550
949964889027RIA APRIAN DINI50219550
959973822762RIMA HAPSARI PUTRI ANJANI50219550
969973822786RINI ANGGRAINI MALAWI50219550
979973822815RISA DWI CAHYA50219550
989964889062RISA RIZKIKA ALAWIYAH50219550
999964889026RIYANTI50219550
1009973822764RIZKA ELYANA PUTRI50219550
1019973822763RIZKI FITRIANI50219550
1029964889058RIZQIYAH ALAWIYAH50219550
1039964889073ROHMAWATI50219550
1049973822818ROSMILASARI50219550
1059973822852RUKIANA WILDAYANTI50219550
1069983240575RUKMANTI50219550
1079973822806RUSMIATI CHANIA50219550
1089973822801SAGITA TRISNA DEWI50219550
1099973822850SAIDA FITRIA50219550
1109973822836SALSABILA PUTRI MATHAR50219550
1119973822859SANTRIANA50219550
1129964889051SHOLEHATUN KHAIRUL AMALA50219550
1139964889066SITI HUMAEROHMI50219550
1149973822876SITI YULIATUN50219550
1159973822858SOFIANTI APRIANI50219550
1169954861855SRI AFRIANINGSIH50219550
1179964889053SRI HASTINI JAILANI50219550
1189973822816SUHARTINI50219550
1199973822819SUKMAWATI50219550
1209973822765SUMIANI50219550
1219973822826SUQIA HIDAYATUN50219550
1229964889033SUSAN ANDRIANI50219550
1239983240506TAHANY HIZAM50219550
1249973822766TIA SOFIANA50219550
1259964889042TSAMARATUL JANNAH50219550
1269973822820ULFA AULIDA50219550
1279964889029ULYA NURUL AZMI50219550
1289973822798URNAENI50219550
1299973822792USWATUN AMRINA ROSYADA50219550
1309964889034VINA DEWI JUNIANTI50219550
1319964889065VINA HIJRATUZZULHI50219550
1329973822807WAHYUNI RAHMAWATI50219550
1339964889060WAIZATURRAHMI50219550
1349964889031WARDATUL AINI50219550
1359964889024WINDA HARNIATI50219550
1369973822812YOPI YUANJITA50219550
1379964889032YUDIKA REZKI50219550
1389973822800YUNANDA AYU50219550
1399973822813YUNITA DWI ARINI50219550
1409964889059ZAETIN NUR50219550
1419973822830ZAITUN KAMARUKMIN50219550
1429973822829ZIYADATUL HUSNA50219550

NOMOR INDUK SISWA NASIONAL (NISN)T.P. 2012/2013


NONISNNAMANPSN
19973822868Abroratun Hidayati50219550
29983240592Aenun Nisa50219550
39983240512Aflahul Ma'wa50219550
49983240510Ahsanatun Nada50219550
59983240538Ainul Mardiah50219550
69983240525Al-Dina Tri May Linda50219550
79983240547Alya Rachma Inaya50219550
89983240528Amalia Rizka Fitry50219550
99983240521Amrotin Hasanah50219550
109983240562Andi Annisa Juli R50219550
119983240582Andriani50219550
129983240576Anggina Suryani50219550
139973822856Anggunnisa Pratiwi D50219550
149983240505Annisa Sai'idiyah50219550
159983240551Azmawati50219550
169983240511Baiq Hudriana Hayati50219550
179973822804Baiq Nia Atmanigara50219550
189973822802Baiq Rila Handayani50219550
199983240597Bq. Indah Panggita50219550
209983240527Bq. Krisnina Maharani Putri50219550
219983240579Bq. Nur Cahya Wiranti50219550
229973822878Bq. Suci Rahmawati50219550
239983240596Bq. Zulfanida Raudia50219550
249973822847Cindy Willyani50219550
259983240587Debby Ahlana Zahratussyta50219550
269983240556Dian Aulia Arizaena50219550
279983240565Diana Handayani50219550
289994026643Dinda Lestari50219550
299983240566Dinia Lestari50219550
309973822863Dwi Rinang Ambarwati50219550
319973822821Efa Julia Wartini50219550
329983240502Eka Pebrianti50219550
339983240520Elca Yuniarti50219550
349994026646Ema Aiza50219550
359973822872Emi Novia Ulfa50219550
369973822869Fadilaturrahmi50219550
379983240593Fatimatuzzahra50219550
389983240580Fatmawati50219550
399973822795Feby Apriana Tiwi50219550
409983240563Fifit Yulianti Amanah H50219550
419983240523Fira Santun Rabbiang50219550
429983240501Fitria Khaerunnisa50219550
439983240534Fitria Ningsih50219550
449983240589Fuziati Isnaini50219550
459983240544Gea Xantia50219550
469973822784Hairul Istiqomah50219550
479973822805Haliza Rifani50219550
489973822880Haola Andani50219550
499954861856Hasani Rosmawati50219550
509983240522Hasna Zuhdiyyah50219550
519973822838Hayatan Nisa'50219550
529994026649Hayatussakinatuddarain50219550
539973822865Herliana Farwati50219550
549983240519Hidayatul Amni50219550
559983240530Hijri Hanifah B.U50219550
569983240529Huliatul Mardiah50219550
579983240495Husni Haeratul Janah50219550
589973822833Husnul Khotimah50219550
599973822779Iin Hartika Nurcahyani50219550
609973822810Imtihan Zain50219550
619983240546Imtiyaz Yusri Rahayu50219550
629994026644Intan Larasati Sahabudin50219550
639983240594Ismi Novita Dini50219550
649973822879Istisyfa Zakiah Elhuda50219550
659983240496Izzatil Karimah50219550
669973822834Juita Permata Sari50219550
679954861857Khafifah50219550
689983240503Kurnia Safitri50219550
699983240545Laela Dwi Jayanti50219550
709983240536Laila Rohmayanti50219550
719973822837Lailatul Qomariyah50219550
729983240514Laras Dewi Astawati50219550
739973822877Laura Rinjani50219550
749983240568Lili Qorian Nisa'50219550
759973822839Linda Astuti50219550
769994026648Linda Aulia50219550
779983240540Liyan Fitria Ulfa50219550
789973822885Lutpiatul Aeni50219550
799983240583Madinatun Munawwarah50219550
809983240577Mar'atus Sholeha50219550
819983240548Maryam Ulfa50219550
829973822822Maulida Afni Fikri50219550
839983240554Miftah Nurul Fatihah50219550
849994026642Miftahul Awwaliyah50219550
859973822867Miftahul Jannah50219550
869983240571Miftahurrahmah50219550
879983240560Mila Siscawati50219550
889983240541Miyazatun Nada50219550
899973822873Muntaha50219550
909983240539Nabila Nuri Jannati50219550
919983240557Nadia Yuli Zurrahmati50219550
929973822827Nadia Yuliana50219550
939983240561Nadiah Amanda Juliani50219550
949983240595Nana Dianika Widiani50219550
959983240509Nelatul Amni50219550
969973822874Nia Andriani50219550
979973822849Nida Aulia50219550
989983240532Niya Adliana50219550
999973822870Novia Lestari50219550
1009983240542Nur Aida Komala50219550
1019983240518Nur Azizah50219550
1029973822785Nur Hidayah Putri50219550
1039973822832Nur Izzati Rahmatun50219550
1049983240537Nur Mantika Reformeisiyana50219550
1059983240499Nurlaila Ramdhaniah50219550
1069983240591Nurma Ulfiani50219550
1079983240498Nurmayani50219550
1089973822886Nurul Aini50219550
1099983240543Nurul Habibah50219550
1109973822789Nurul Hidayah50219550
1119983240513Nurul Mulitha50219550
1129994026647Nurul Wasilah50219550
1139983240567Oyik Kiki Hamrita50219550
1149983240555Raden Gilvia Adinda Putri50219550
1159994026645Rahmi Azizah50219550
1169983240550Raudatul Rizki50219550
1179983240507Rezqika Safitri50219550
1189983240526Ria Mawaddah50219550
1199973822809Riadatul Mayyadah50219550
1209983240535Rina Ayu Lestari50219550
1219983240516Riska Aziza Ika Putri50219550
1229983240564Riza Riskiyana50219550
1239983240578Rizka Rajmi Handayani50219550
1249983240552Rizka Saefany Putri50219550
1259973822881Ro'ihatul Misky50219550
1269983240586Ropidah Sopiani50219550
1279983240581Rosi Hendrayani50219550
1289983240524Rosiana Andreyani Sudirman50219550
1299973822845Rosita Dewi50219550
1309983240517Rossi Marsita Isminsyah50219550
1319983240500Santi50219550
1329983240572Saputri Kadam Ningsih50219550
1339973822853Septia Herdianti50219550
1349983240574Shofiya Azizatul Falah50219550
1359983240584Shoya Lestha Dewi50219550
1369983240533Silvana Ro'isiah50219550
1379983240504Siti Aisa Turaodah50219550
1389983240549Siti Haeratul Insani50219550
1399983240508Siti Noviahandayani50219550
1409973822782Siti Suadah50219550
1419973822884Sofia Kurratul Uyun50219550
1429964889056Sopiatun Nisak50219550
1439983240558Sri Ariyanti50219550
1449983240531Sri Nawati50219550
1459973822871Sri Utari50219550
1469964889047Sri Yuliani50219550
1479983240559Ulin Najwa50219550
1489983240588Wardiatul Jannah50219550
1499983240590Winda Septikayanti50219550
1509973822803Yolanda50219550
1519983240569Yolanisa Zulfa Salsabila50219550
1529983240553Yuniar Anggraini Setia Putri50219550