Pages

Kamis, 25 Oktober 2012

IMPLEMENTASI HYPNO TEACHING  DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
Oleh:
Ahmad Munadi

Pendahuluan

Pendidikan merupakan tumpuan harapan suatu bangsa agar bisa eksis di tengah  pergulatan kehidupan masyarakat internasional. Indikator keberhasilan sebuah proses pendidikan terdeteksi dari kualitas Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia yang berkualitas terlahir dari lembaga pendidikan yang berkualitas. Kualitas lembaga pendidikan tentu saja akan dipengaruhi oleh mutu sebuah proses pembelajaran, sebab proses pembelajaran menurut hemat penulis merupakan ruh dari sebuah lembaga pendidikan. Bagaimanapun “saktinya” sebuah kebijakan, ketika kebijakan tersebut tidak mampu diinterpretasikan secara tepat dalam proses pembelajaran, maka kebijakan tersebut akan “mandul”. Sebut saja kebijakan tentang kurikulum, fakta yang terjadi adalah serangkaian perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia ternyata hingga kini belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Terkait persoalan tersebut, maka dalam hal ini gurulah yang menjadi aktor utama rancang-bangun mutu sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas, di samping beberapa faktor lainnya. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan kosong  dari materi, esensi, dan substansi. Secanggih apapun sebuah kurikulum, visi misi, dan kekuatan finansial, sepanjang gurunya pasif dan stagnan, maka kualitas lembaga pendidikan akan merosot tajam, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, maka guru sebagai aktor yang terlibat langsung dalam proses pembelajaraan sejatinya mampu menciptakan produk-produk inovatif yang muncul dari kreativitas dan daya nalar yang tinggi. Kreativitas menurut Balnadi Sutadipura sebagaimana yang dikemukakan Jamal Ma’mur Asmani menjadi unsur penting bagi seorang guru. Kreativitas adalah kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya khayal, fantasi, atau imajinasi.
Dalam proses pembelajaran, kegagalan sebuah metode adalah ketika metode tersebut menjadi tempat bersandar terlalu lama, sehingga menyebabkan seseorang tidak bisa mandiri dan tergantung pada metode tersebut. Apabila pengajar dan para guru memahami cara berkomunikasi dengan bawah sadar siswa, tentu akan membantu dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode komunikasi yang digunakan dan cukup populer saat ini adalah teknik hipnosis. Hipnosis merupakan seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang dengan mengubah tingkat kesadarannya. Hipnosis tidak hanya berguna untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut kondisi fisik maupun psikis, melainkan juga dapat digunakan dalam upaya mengoptimalkan proses pembelajaran. Hipnotis dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah hypno teaching.
Dalam tulisan ini, penulis menawarkan sebuah metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan teknik hipnotis untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga daya kreatifitas siswa akan melejit dengan lebih maksimal.

Implementasi Metode Hypno Teaching  dalam Proses Pembelajaran PAI 

Hypno teaching  merupakan istilah baru yang seringkali menjadi objek pembicaraan akhir-akhir ini. Hypno teaching sendiri berarti suatu upaya menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pengajaran. Dengan demikian, maka hipnosis dalam pembelajaran bukanlah hipnosis sebagaimana yang dipahami pada beberapa tayangan acara televisi seperti Uya Kuya, Romy Rafael dan seterusnya. Namun hipnosis dalam pembelajaran hanya diarahkan untuk menciptakan kondisi kundusif dalam proses pembelajaran.
 Hipno teaching ini merupakan bagian dari ilmu hipnotis yang dikembangkan dewasa ini. Apa dan bagaimana hypno teaching, maka dalam tulisan ini, penulis akan mendeskripsikan model implementasi metode hypno teaching dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif terkait metode hypno teaching, tulisan ini akan diawali dengan pemahaman dasar tentang hipnotis.

Hipnosis: Definisi dan Sejarah singkat Perkembangannya 

 
Istilah Hipnotis berasal dari kata hypnosis yang merupakan kata dasar dari hypnos yang artinya “dewa tidur” dalam legenda Yunani.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Willy Wong & Andri Hakim, hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Sementara itu makna kata hipnotis adalah membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis.
Hipnotis merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan dari seseorang ke dalam diri orang lain, yang mengakibatkan si penerima pesan akan tergerak untuk melakukan perintah dari yang memberi pesan. Ibnu Hajar mengemukakan bahwa hipnotis merupakan suatu kondisi diberlakukannya peran imajinatif. Hipnotis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnotis yang umumnya terdiri atas rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti ini dapat disampaikan oleh seorang hypnotist di hadapan subjek atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek.
Pangumbaraan memberikan beberapa definisi hipnotis sebagai berikut:
1.     Hipnotis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakaukan kepada seseorang, di mana seseorang yang dihipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan
2.      Hipnotis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hypnotis
3.      Hipnotis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi
4.      Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang, sehingga mengubah tingkat kesadaran yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpa dan theta
5.      Hipnotis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar
Berdasarkan rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat diformulasikan bahwa hipnotis merupakan sebuah ilmu komunikasi alam bawah sadar yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan dengan cara merubah gelombang kesadarannya.
Hipnotis sebagai sebuah ilmu sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, namun belum ada informasi yang jelas kapan hipnotis mulai ditemukan. John Af mengatakan bahwa ilmu hipnotis sama usianya dengan ilmu sihir, mistik, ilmu perbintangan, ilmu perwatakan (tabiat), ilmu ketabiban dan lain sebagainya. Lebih lanjut John Af mengatakan bahwa ilmu-ilmu sebagaimana yang dikemukakan tersebut banyak ditemukan dalam kitab-kitab kuno warisan Yunani, Mesir, India dan Arab.
Sejarah menginformasikan bahwa ilmu hipnotis mulai dipopulerkan pada abad ke 18 oleh Franz Anton Mesmer (1743-1814), seorang tabib di kota Wina yang menggunakan hipnotis untuk pasien-pasiennya yang sakit saraf. Teknik yang dilakukan Masmer ini dilakukan dengan menggunakan sifat alamiah magnetisme hewani. Masmer beranggapan bahwa pasiennya sembuh karena mendapat transfer magnetisme hewani dari dirinya. Selanjutnya teknik mesmer dilakukan oleh James Braid seorang dokter dari Inggris pada abad ke 19 yang kemudian menyimpulkan bahwa hipnotis bersifat psikologis.
Pada tahun 1958, American Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis dalam dunia kedokteran. Selanjutnya The British Medical Association dan Italian Medical Association for the Study of Hypnosis juga dibentuk dan menjadi salah satu ilmu yang resmi dipelajari dan diakui dalam dunia kedokteran.

Proses Terjadinya Hipnosis 

Proses hipnosis terjadi ketika terjadi perubahan pada gelombang otak dan ini sangat mempengaruhi perilaku manusia. Pada kondisi normal gelombang otak yang dominan adalah beta. Saat terjadi hipnosis maka gelombang otak akan berpindah dari beta ke alpha. Tulisan ini selanjutnya akan menguraikan lebih lanjut jenis-jenis gelombang otak pada manusia. Namun sebelumnya perlu dikemukakan di sini bahwa terdapat lima karakteristik utama dalam kondisi hipnosis atau trance yaitu: Pertama, Relaksasi fisik yang dalam, induksi cara yang digunakan untuk membawa subjek pindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar yang melibatkan konsentrasi fisik. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Saat rileks gelombang otak akan turun dari beta, alpha, theta dan delta.
Kedua, Perhatian yang sangat terpusat, dalam kondisi hipnosis perhatian akan terfokus. Dalam kondisi normal, pikiran sadar akan dipenuhi stimulus yang melalui lima pancaindra, namun dalam kondisi hipnosis perhatian akan terfokus pada satu stimulus.
Ketiga, Peningkatan kemampuan indra, eksperimen dengan menggunakan hipnosis menunjukan bahwa kemampuan indra dapat ditingkatkan. Indra dapat beroperasi dengan lebih akurat bila fungsinya diarahkan dengan menggunakan sugesti. Kemampuan berpikir logis meningkat tajam dan akurasi dalam berpikir deduksi juga meningkat.
Keempat, Pengendalian refleks dan aktivitas fisik, saat seseorang dihipnotis, detak jantung dapat dikendalikan, bagian tubuh dapat dibuat mati rasa, peiode menstruasi dapat diatur, sirkulasi darah dapat ditingkatkan atau dikurangi, tarikan nafas dan masukan oksigen menurun, temperatur tubuh berubah.
Kelima, Respons terhadap pengaruh pasca hipnotis, sugesti yang diberikan saat dalam hipnosis, dengan catatan kondisi sugesti ini tidak bertentangan dengan nilai dasar yang dipegang oleh subjek, akan dijalankan oleh subjek setelah ia tersadar atau bangun dari trance. Saat sugesti diberikan, subjek dapat menerima atau menolak atau langsung bangun secara spontan dari relaksasi hipnosis. Sugesti yang bersifat positif, baik, dan menguntungkan subjek akan lebih mudah diterima daripada sugesti negatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para pakar, proses hipnosis terjadi akibat pengaruh 3 aspek fisiologis yaitu, aktivasi sistem saraf parasimpatik, pola gelombang otak, dan interaksi otak kiri dan kanan. Selanjutnya dalam tulisan ini uraian akan difokuskan pada dua aspek yang pertama.

Aktivasi sistem saraf parasimpatik

Manusia memiliki dua sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori melalui otak dan saraf pada tulang belakang. Sistem saraf otonom mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran sadar.
Sistem saraf otonom yang  berkenaan dengan pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar terkadang  juga disebut susunan saraf tak sadar. Menurut fungsinya susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian yaitu: a) sistem simpatis yang terletak di depan kolumna vertabrata dan berhubungan serta bersambung dengan sum-sum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf; b) sistem parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang terdiri dari saraf otonom kranial dan saraf otonom sakral.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik bertanggung jawab terhadap mobilasi energi tubuh untuk kebutuhan yang yang bersifat darurat seperti jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, pernafasan menjadi lebih cepat. Sementara itu sistem kerja saraf parasimpatik mengakibatkan detak jangnung melambat, tekanan darah menurun. Respons parasimpatik mengakibatkan relaksasi dan ketenangan.

Pola gelombang otak

Di samping aktivasi sistem saraf, proses hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan pola gelombang otak pada manusia. Jaringan otak manusia menghasilkan gelombang listrik berfruktuasi yang disebut sebagai gelombang otak (brainwave). Gelombang otak ini terdiri atas empat jenis yaitu gelombang beta, alpha, theta, dan delta. Dalam satu waktu, otak manusia terkadang mampu menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan. Selanjutnya dari keempat gelombang otak tersebut pasti akan ada jenis gelombang otak yang dominan, inilah yang kemudian yang memperlihatkan aktivitas pikiran seseorang ketika itu.
Untuk mengetahui kondisi gelombang otak seseorang tentu tidak bisa dilakukan secara kasap mata, namun harus dilakukan dengan menggunakan detektor yang disebut dengan Electro Encephalograph (EEG). 

Gelombang Beta

Gelombang beta adalah gelombang otak yang dominan saat kondisi terjaga dan menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisis tinggi misalnya berolahraga, berdebat dan sebagainya. Dalam frekuaensi ini kerja otak cendrung memicu munculnya rasa cemas, khawatir, stres, dan marah.
Apabila diukur dengan alat pengukur gelombang otak, gelombang otak berputar sebanyak 14-24 putaran perdetik, sehingga dalam kondisi otak ketika itu tidak mudah menerima saran atau sugesti dari orang lain karena jumlah fokus cukup banyak dan sulit untuk diarahkan. Otak dalam kondisi beta sangat logis, analitisnonsugestif dengan jumlah fokus 5-9 fokus. Dalam waktu yang bersamaan fokus bisa tertuju pada banyak objek, contoh ketika berada di sebuah ruangan pandangan bisa terfokus pada  5-9 objek, baik lemari, kursi, meja dan sebagainya. 

Gelombang Alpha

Gelombang Alpha menggambarkan posisi khusyuk, rileks, mediatif, dan nyaman. Gelombang alpha mengindikasikan bahwa seseorang berada dalam light trance (kondisi hipnotis ringan) Gelombang Alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar mulai pasif, sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif. Pada kondisi alpha, stres pikiran pikiran akan lebih rileks dan gelombang otak akan berputar 7-14 putaran per detik.

Gelombang Theta

Pada kondisi theta kesadaran manusia lebih mengarah ke dalam dirinya sendiri misalnya ketika merasakan kantuk yang mendalam, pada kondisi ini pikiran bawah sadar sudah benar-benar aktif. Gelombang theta berada pada frekuensi yang rendah. Seseorang akan berada pada kondisi ini ketika ia sangat khusyuk dan merasakan keheningan yang mendalam (deep meditation), serta mampu mendengar nurani bawah sadarnya. Kondisi theta bisa juga disebut kondisi setengah tidur (mediatif) dan kondisi gelombang otak seperti ini bukan kondisi hipnotis yang diperuntukan dalam proses pembelajaran di kelas.

Gelombang Delta

Kondisi delta merupakan frekuaensi terendah, gelombang ini terdeteksi saat tertidur pulas dan tidak bisa menerima sugesti apapun. Dan seseorang yang memasuki kondisi ini tidak bisa terhipnotis.

Interpretasi tentang belajar

Uraian berikut akan diarahkan untuk melihat konsep dasar tentang pembelajaran dengan menelaah beberapa interpretasi pemikir-pemikir pendidikan tentang pembelajaran. Wetherington sebagaimana yang dikutip Nana Syaodih mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sementara itu Sardiman mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Senada dengan kedua rumusan tersebut, Surya mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Berdasarkan rumusan-rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan pada diri individu. Dari aspek pendidikan, belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya, seseorang akan lebih respek dan memiliki pemahaman yang lebih baik (sensitive) terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialami dan lebih responsif dalam melakukan tindakan.
Dengan demikian maka pembelajaran merupakan upaya membelajarkan atau upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Dalam pembelajaran ini terdapat dua aktivitas sekaligus yaitu aktivitas guru (mengajar) dan aktivitas siswa (belajar). Sementara itu Dunkin dan Biddle sebagaimana yang dikemukakan Madjid mengatakan bahwa proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Bruner sebagaimana yang dikemukakan Nasution mengatakan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga fase yaitu: (1) informasi, dalam setiap pelajaran siswa memperoleh informasi yang heterogen; (2) transformasi, informasi yang heterogen tersebut kemudian dianalisis, diubah ke dalam bentuk yang lebih abstrak dan konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas, sehingga disini diperlukan bantuan guru; (3) evaluasi, selanjutnya dilakukan proses penilaian mana yang bermanfaat di antara informasi yang diperoleh tersebut.
William Burton sebagaimana yang dirilis Oemar Hamalik mengemukakan beberapa prinsip belajar yaitu:
1.      Proses belajar adalah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going)
2.      Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada satu tujuan tertentu
3.      Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid
4.      Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu
5.      Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh heriditas dan lingkungan
6.      Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid
7.      Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan  disesuaikan dengan kematangan murid
Proses pembelajaran sesungguhnya melibatkan berbagai aktivitas, baik yang berhubungan dengan siswa maupun guru, sehingga dalam proses pembelajaran tercipta interaksi aktif antara guru dan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan selama ini belum secara optimal mampu membangun lingkungan interaksi aktif antara guru dan siswa. Terkait persoalan ini Dede Rosyada mengatakan bahwa model pembelajaran pasif menggambarkan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru menerangkan, murid mendengarkan, guru mendektekan murid mencatat, guru bertanya, murid menjawab. Model pembelajaran ini dianalogikan juga dengan pendidikan gaya bank, yakni pendidikan model deposito, guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya mencatat dan menfile semua yang disampaikan guru. Pengajaran model ini juga disebut dengan pendidikan gaya komando yang muncul di era 60 an dan 70 an. Dalam pengjaran model komando, guru biasanya mempersiapkan bahan untuk diterangkan kepada siswa, memberikan ilusterasi disertai contoh-contoh, dianalisis dengan berbagai faktornya, lalu disiapkan tes akhir pelajaran untuk mengukur keberhasilan pengajaran. 

Hypnoteaching dan Proses Pembelajaran

Informasi yang masuk melalui panca indera tidak secara langsung diserap oleh pikiran bawah sadar seseorang, namun membutuhkan daya analisis dari pikiran sadar yang disebut critical area. Critical area ini diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai filter informasi untuk menyeleksi hal-hal yang membahayakan dan bertentangan dengan diri. Untuk mengatasi critical area yang terlalu aktif pada diri seseorang, maka dibutuhkan hipnosis untuk menonaktifkan critical area, sehingga informasi yang diperoleh seseorang bisa diserap dengan mudah dan tersimpan di pikiran bawah sadar seseorang.
Hypnoteaching merupakan bagian dari ilmu hipnotis. Hipnotis sebagaimana yang dikemukakan pada uraian sebelumnya merupakan teknik komunikasi alam bawah sadar. Sementara itu hypnoteaching merupakan seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih kreatif, cerdas dan imajinatif.
Sebagaimana hipnotis pada umumnya, maka penyajian materi dengan menggunakan metode hypnoteaching dilakukan dengan mengkomunikasikan pikiran alam bawah sadar yang dapat menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara optimal terhadap materi yang disampaikan guru. Pikiran alam bawah sadar lebih mendominasi dalam setiap kegiatan manusia. Pikiran sadar hanya berpengaruh sekitar kurang lebih 12%, sementara pengaruh pikiran bawah sadar memegang kendali 88%. Pikiran bawah sadar lebih bersifat netral dan sugestif. Pikiran bawah sadar dapat diasumsikan sebagai sebuah memori jangka panjang manusia yang menyimpan berbagai peristiwa, baik yang berdasarkan pengalaman pribadi (eksperimental) maupun orang lain (induksi).
Kondisi hipnotis dapat dibagi menjadi hipnotis ringan (light hypnosis) dan hipnotis dalam (deep hypnosis). Proses belajar mengajar lebih menggunakan teknik light hypnosis. Dalam kondisi hipnotis ringan, gelombang pikir seseorang berada pada light alpha
Ibnu Hajar mengemukakan beberapa langkah dasar yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan metode hypnoteaching:

Niat dan motivasi dalam diri sendiri

Dalam mengimplementasikan metode ini, seorang guru harus menanamkan niat yang kuat, sebab niat ini akan memunculkan motivasi yang tinggi dan komitmen yang kuat.

Pacing

Pacing adalah menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau dalam hal ini adalah siswa. Adapun teknik melakukan pacing ini adalah: a) bayangkan usia guru setara dengan siswa; b) gunakan bahasa yang seringkali digunakan siswa; c) lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah sesuai dengan tema bahasan; d) kaitkan tema bahasan dengan tema yang seang trend di kalangan siswa; e) selalu up date  pengetahuan terkait tema bahasan

Leading

Leading berarti memimpin atau mengarahkan sesuatu. Proses ini dilakukan setelah pacing.
Dalam pembelajaran, guru harus mengkombinasikan antara peacing dan leading. Kombinasi kedua teknik ini akan menciptakan suasana kondusif dan efektif dalam pembelajaran. 

Gunakan kata positif

Langkah pendukung selanjutnya adalah menggunakan bahasa atau kata-kata yang positif. Kata-kata positif sesuai dengan sistem kerja pikiran alam bawah sadar yang tidak menerima sugesti negatif.

Berikan pujian

Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada siswa Anda. Khususnya ketika ia berhasil melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap berikan pujian. Termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya

Modeling 

Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah siswa menjadi nyaman dengan Anda, kemudian dapat Anda arahkan sesuai yang Anda inginkan, dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada Anda dimantapkan dengan perilaku Anda yang konsisten dengan ucapan dan ajaran Anda. Sehingga Anda selalu menjadi figure yang dipercaya.
Selanjutnya seorang guru ketika akan mengaplikasikan metode hypnoteaching dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Semua siswa dipersilahkan duduk dengan rileks
2.      Kosongkan pikiran untuk sesaat
3.      Tarik napas panjang lewat hidung, lalu hembuskan lewat mulut
4.      Lakukan secara berulang dengan pernapasan yang teratur
5.      Berikan sugesti pada setiap tarikan napas supaya badan terasa rileks
6.      Lakukan terus menerus dan berulang
7.      Perhatikan posisi kepala dari semua suyet. Bagi yang sudah tertidur, akan nampak tertunduk atau leher tidak mampu menahan beratnya kepala
8.      Selanjutnya berikan sugesti positif, seperti fokus pada pikiran, peka terhadap pendengaran, fresh otak dan pikiran, serta kenyamanan pada seluruh badan
9.      Jika dirasa sudah cukup, bangunkan suyet secara bertahap dengan melakukan hitungan 1-10, maka pada hitungan 10, semua sayet akan tersadar dalam kondisi segar bugar.
Hipnosis dalam pembelajaran sesungguhnya diperlukan untuk membendung aktifitas critical area siswa. Ketika aktifitas critical area siswa berada pada level yang cukup signifikan, maka informasi akan lebih sulit diterima dan direkam dalam memori jangka panjang (alam bawah sadar). Dalam kondisi ini, siswa akan menolak informasi-informasi yang bertentangan dengan keinginannya. Sebagai contoh, ketika siswa tidak menyukai salah satu materi pelajaran tentu ia akan sulit menerima informasi yang disampaikan guru. Hal ini terjadi karena dalam kondisi ini aktifitas critical area siswa cukup tinggi. Dengan demikian, maka seorang guru harus mampu menembus CA tersebut melalui metode hipnoteaching.
Andri Hakim mengungkapkan bahwa untuk dapat menembus CA, seorang guru harus memahami beberapa hal dalam proses hipnosis di antaranya: 1) Relaxation; proses pembelajaran harus dimulai dengan suasana yang menyenangkan yang dapat membuat siswa relaks, hal ini diperlukan untuk mengistirahatkan aktifitas CA. Relaxation ini bisa diciptakan dengan memperhatikan suasana kelas, penampilan pengajar dan kalimat pembuka yang dapat membangun motivasi siswa; 2) Mind Focus & Alpha State; hipnosis dalam pembelajaran bekerja pada level gelombang alpha yaitu mengkondisikan siswa untuk memasuki kondisi hipnosis (hypnosis state). Dalam kondisi ini siswa diharapkan lebih mudah merekam informasi ke dalam memori jangka panjang; 3) Komunikasi bawah sadar; komunikasi terkadang kurang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan tidak adanya komunikasi bawah sadar yang mendukung terjadinya sebuah “two way communication heart to heart” atau komunikasi dua arah dari hati ke hati”. Dengan demikian maka diperlukan beberapa hal untuk membangun komunikasi bawah sadar di antaranya: a) informasikan hal yang akan disampaikan kepada siswa; b) guru harus memperhatiakan cara penyampaian dan cara mengatakan informasi tersebut; c) kondisi atau situasi yang kondusif.
Dalam proses pembelajaran PAI, seorang guru bisa menjadikan metode ini sebagai alternatif untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dengan membawa siswa ke suasana rileks dengan mengubah gelombang pikiran siswa ke alam bawah sadar. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan suasana yang kondusif serta menumbuhkan daya kreativitas siswa.

Penutup

Pembelajaran merupakan ruh sebuah proses kependidikan, sehingga proses pembelajaran menjadi bagian yang cukup vital. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, seorang guru dituntut melahirkan produk-produk inovatif dan kreatif.
Hypnoteaching merupakan metode alternatif yang bisa digunakan guru dalam membangun suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Metode ini merupakan bagian dari aplikasi ilmu hipnotis yang bisa membawa siswa pada suasana relaksasi dalam menerima materi pelajaran.
Adapun sistem kerja metode ini adalah guru melakukan komunikasi pada alam bawah sadar siswa, hal ini dilakukan dengan cara mengubah gelombang otak dari beta ke alpha. Dengan demikian, maka  hipnosis dalam pembelajaran bukanlah model hipnosis yang dipersepsikan dalam acara-acara televisi, namun hipnosis dalam pembelajaran hanya berusaha membangun kondisi yang kondusif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran (siswa tidak dibuat tertidur). Dalam kondisi alpha, konsentrasi siswa akan terfokus, di saat inilah proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.

Daftar Pustaka

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Pengembangan standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Ade W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Communication, Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, Jakarta: Pt. Gramedia Utama, 2007
Agung Webe, “Smart Teaching 5 Metode Efektif Lejitkan Prestasi Anak didik”, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010
Andri Hakim, “Hypnosis in The Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar”,Jakarta: Visimedia, 2011
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2009
Eko Supriyanto, H., Inovasi Pendidikan: Isu-isu Baru Pembelajaran, Manajemen, dan Sistem Pendidikan di Indonesia, Surakarta: Muhamadiyah University Press, cet v, 2009
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Suatu Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004
Dianata Eka Putra, Mahir Hipnotis dalam 1 Hari”, Jakarta: Cetak Buku Publisher, 2010
Ibnu Hajar, Hypno Teaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapi, Yogyakarta: Diva Press, 2011
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kratif, dan Inovatif, Yogyakarta: Diva Press, 2010
John Af., “Hipnotis Modern”, (Djap Djempoel, 2009), h. 28
Lias Hasibuan, H., Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
M. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Nana Syaudih Sukmadinata, Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Pangumbaraan, K.S., “Master Hipnotis”, Djap Djempoel, 2010
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Setia I. Rusli & Johanes Arifin Wijaya, “The secret Of Hypnosis: Mengungkap Rahasia hipnosis, mencegah, menghindari, dan menghadapi kejahatan Hipnosis, Jakarta: Penebar Plus+, 2009
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Inegrasi dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Willy Wong & Andri Hakim, “Dahsyatnya Hipnosis”, Jakarta: Visimedia, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar