IMPLEMENTASI HYPNO
TEACHING DALAM PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh:
Ahmad Munadi
Pendahuluan
Pendidikan
merupakan tumpuan harapan suatu bangsa agar bisa eksis di tengah pergulatan kehidupan masyarakat internasional.
Indikator keberhasilan sebuah proses pendidikan terdeteksi dari kualitas Sumber
Daya Manusia. Sumber Daya Manusia yang berkualitas terlahir dari lembaga
pendidikan yang berkualitas. Kualitas lembaga pendidikan tentu saja akan
dipengaruhi oleh mutu sebuah proses pembelajaran, sebab proses pembelajaran
menurut hemat penulis merupakan ruh dari sebuah lembaga pendidikan.
Bagaimanapun “saktinya” sebuah kebijakan, ketika kebijakan tersebut tidak mampu
diinterpretasikan secara tepat dalam proses pembelajaran, maka kebijakan tersebut
akan “mandul”. Sebut saja kebijakan tentang kurikulum, fakta yang terjadi
adalah serangkaian perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia ternyata hingga
kini belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Terkait
persoalan tersebut, maka dalam hal ini gurulah yang menjadi aktor utama
rancang-bangun mutu sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas, di samping
beberapa faktor lainnya. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan kosong dari materi, esensi, dan substansi. Secanggih
apapun sebuah kurikulum, visi misi, dan kekuatan finansial, sepanjang gurunya
pasif dan stagnan, maka kualitas lembaga pendidikan akan merosot tajam,
demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, maka guru sebagai aktor yang
terlibat langsung dalam proses pembelajaraan sejatinya mampu menciptakan
produk-produk inovatif yang muncul dari kreativitas dan daya nalar yang tinggi.
Kreativitas menurut Balnadi Sutadipura sebagaimana yang dikemukakan Jamal
Ma’mur Asmani menjadi unsur penting bagi seorang guru. Kreativitas adalah
kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan mempergunakan daya
khayal, fantasi, atau imajinasi.
Dalam
proses pembelajaran, kegagalan sebuah metode adalah ketika metode tersebut
menjadi tempat bersandar terlalu lama, sehingga menyebabkan seseorang tidak
bisa mandiri dan tergantung pada metode tersebut. Apabila pengajar dan para
guru memahami cara berkomunikasi dengan bawah sadar siswa, tentu akan membantu
dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode komunikasi yang digunakan dan
cukup populer saat ini adalah teknik hipnosis. Hipnosis merupakan seni
komunikasi untuk mempengaruhi seseorang dengan mengubah tingkat kesadarannya.
Hipnosis tidak hanya berguna untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut kondisi
fisik maupun psikis, melainkan juga dapat digunakan dalam upaya mengoptimalkan
proses pembelajaran. Hipnotis dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah
hypno teaching.
Dalam
tulisan ini, penulis menawarkan sebuah metode dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dengan menggunakan teknik hipnotis untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga daya kreatifitas siswa
akan melejit dengan lebih maksimal.
Implementasi
Metode Hypno Teaching dalam Proses
Pembelajaran PAI
Hypno
teaching merupakan istilah baru yang
seringkali menjadi objek pembicaraan akhir-akhir ini. Hypno teaching sendiri
berarti suatu upaya menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik
menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari
sebuah proses pengajaran. Dengan demikian, maka hipnosis dalam pembelajaran
bukanlah hipnosis sebagaimana yang dipahami pada beberapa tayangan acara
televisi seperti Uya Kuya, Romy Rafael dan seterusnya. Namun hipnosis dalam
pembelajaran hanya diarahkan untuk menciptakan kondisi kundusif dalam proses
pembelajaran.
Hipno teaching ini merupakan bagian dari ilmu
hipnotis yang dikembangkan dewasa ini. Apa dan bagaimana hypno teaching, maka
dalam tulisan ini, penulis akan mendeskripsikan model implementasi metode hypno
teaching dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif terkait metode hypno teaching, tulisan ini akan diawali dengan
pemahaman dasar tentang hipnotis.
Hipnosis: Definisi dan Sejarah singkat Perkembangannya
Istilah
Hipnotis berasal dari kata hypnosis yang merupakan kata dasar dari hypnos yang
artinya “dewa tidur” dalam legenda Yunani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana
yang dikemukakan Willy Wong & Andri Hakim, hipnosis adalah keadaan seperti
tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah
pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi
tidak sadar sama sekali. Sementara itu makna kata hipnotis adalah membuat atau
menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis.
Hipnotis
merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan dari seseorang ke dalam diri
orang lain, yang mengakibatkan si penerima pesan akan tergerak untuk melakukan
perintah dari yang memberi pesan. Ibnu Hajar mengemukakan bahwa hipnotis
merupakan suatu kondisi diberlakukannya peran imajinatif. Hipnotis biasanya
disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnotis yang umumnya
terdiri atas rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti ini dapat
disampaikan oleh seorang hypnotist di hadapan subjek atau mungkin dilakukan
sendiri oleh subjek.
Pangumbaraan memberikan beberapa definisi hipnotis sebagai berikut:
1. Hipnotis
adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakaukan
kepada seseorang, di mana seseorang yang dihipnotis bisa menjawab pertanyaan
yang diajukan serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan
2.
Hipnotis
adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam
kondisi trance hypnotis
3.
Hipnotis
adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga
tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi
4.
Hipnotis
adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang, sehingga mengubah tingkat
kesadaran yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari beta menjadi
alpa dan theta
5.
Hipnotis
adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar
Berdasarkan
rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat diformulasikan bahwa hipnotis
merupakan sebuah ilmu komunikasi alam bawah sadar yang bertujuan untuk
mempengaruhi komunikan dengan cara merubah gelombang kesadarannya.
Hipnotis
sebagai sebuah ilmu sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, namun belum ada
informasi yang jelas kapan hipnotis mulai ditemukan. John Af mengatakan bahwa
ilmu hipnotis sama usianya dengan ilmu sihir, mistik, ilmu perbintangan, ilmu
perwatakan (tabiat), ilmu ketabiban dan lain sebagainya. Lebih lanjut John Af
mengatakan bahwa ilmu-ilmu sebagaimana yang dikemukakan tersebut banyak
ditemukan dalam kitab-kitab kuno warisan Yunani, Mesir, India dan Arab.
Sejarah
menginformasikan bahwa ilmu hipnotis mulai dipopulerkan pada abad ke 18 oleh
Franz Anton Mesmer (1743-1814), seorang tabib di kota Wina yang menggunakan
hipnotis untuk pasien-pasiennya yang sakit saraf. Teknik yang dilakukan Masmer
ini dilakukan dengan menggunakan sifat alamiah magnetisme hewani. Masmer
beranggapan bahwa pasiennya sembuh karena mendapat transfer magnetisme hewani
dari dirinya. Selanjutnya teknik mesmer dilakukan oleh James Braid seorang
dokter dari Inggris pada abad ke 19 yang kemudian menyimpulkan bahwa hipnotis
bersifat psikologis.
Pada tahun
1958, American Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis dalam dunia
kedokteran. Selanjutnya The British Medical Association dan Italian Medical
Association for the Study of Hypnosis juga dibentuk dan menjadi salah satu ilmu
yang resmi dipelajari dan diakui dalam dunia kedokteran.
Proses Terjadinya
Hipnosis
Proses hipnosis
terjadi ketika terjadi perubahan pada gelombang otak dan ini sangat
mempengaruhi perilaku manusia. Pada kondisi normal gelombang otak yang dominan
adalah beta. Saat terjadi hipnosis maka gelombang otak akan berpindah dari beta
ke alpha. Tulisan ini selanjutnya akan menguraikan lebih lanjut jenis-jenis
gelombang otak pada manusia. Namun sebelumnya perlu dikemukakan di sini bahwa
terdapat lima karakteristik utama dalam kondisi hipnosis atau trance yaitu: Pertama,
Relaksasi fisik yang dalam, induksi cara yang digunakan untuk membawa subjek
pindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar yang melibatkan konsentrasi
fisik. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Saat rileks gelombang
otak akan turun dari beta, alpha, theta dan delta.
Kedua, Perhatian yang sangat terpusat, dalam
kondisi hipnosis perhatian akan terfokus. Dalam kondisi normal, pikiran sadar
akan dipenuhi stimulus yang melalui lima pancaindra, namun dalam kondisi
hipnosis perhatian akan terfokus pada satu stimulus.
Ketiga, Peningkatan kemampuan indra,
eksperimen dengan menggunakan hipnosis menunjukan bahwa kemampuan indra dapat
ditingkatkan. Indra dapat beroperasi dengan lebih akurat bila fungsinya
diarahkan dengan menggunakan sugesti. Kemampuan berpikir logis meningkat tajam
dan akurasi dalam berpikir deduksi juga meningkat.
Keempat, Pengendalian refleks dan aktivitas
fisik, saat seseorang dihipnotis, detak jantung dapat dikendalikan, bagian
tubuh dapat dibuat mati rasa, peiode menstruasi dapat diatur, sirkulasi darah
dapat ditingkatkan atau dikurangi, tarikan nafas dan masukan oksigen menurun,
temperatur tubuh berubah.
Kelima, Respons terhadap pengaruh pasca
hipnotis, sugesti yang diberikan saat dalam hipnosis, dengan catatan kondisi
sugesti ini tidak bertentangan dengan nilai dasar yang dipegang oleh subjek,
akan dijalankan oleh subjek setelah ia tersadar atau bangun dari trance. Saat
sugesti diberikan, subjek dapat menerima atau menolak atau langsung bangun
secara spontan dari relaksasi hipnosis. Sugesti yang bersifat positif, baik,
dan menguntungkan subjek akan lebih mudah diterima daripada sugesti negatif.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan para pakar, proses hipnosis terjadi akibat
pengaruh 3 aspek fisiologis yaitu, aktivasi sistem saraf parasimpatik, pola
gelombang otak, dan interaksi otak kiri dan kanan. Selanjutnya dalam tulisan
ini uraian akan difokuskan pada dua aspek yang pertama.
Aktivasi sistem saraf
parasimpatik
Manusia
memiliki dua sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori melalui otak
dan saraf pada tulang belakang. Sistem saraf otonom mengatur sistem internal,
yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran sadar.
Sistem saraf
otonom yang berkenaan dengan
pengendalian organ-organ dalam secara tidak sadar terkadang juga disebut susunan saraf tak sadar. Menurut
fungsinya susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian yaitu: a) sistem
simpatis yang terletak di depan kolumna vertabrata dan berhubungan serta
bersambung dengan sum-sum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf; b) sistem
parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang terdiri dari saraf otonom
kranial dan saraf otonom sakral.
Sistem saraf
otonom terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Sistem saraf simpatik bertanggung jawab terhadap mobilasi energi
tubuh untuk kebutuhan yang yang bersifat darurat seperti jantung berdetak lebih
cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, pernafasan menjadi lebih cepat.
Sementara itu sistem kerja saraf parasimpatik mengakibatkan detak jangnung
melambat, tekanan darah menurun. Respons parasimpatik mengakibatkan relaksasi
dan ketenangan.
Pola gelombang otak
Di samping
aktivasi sistem saraf, proses hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan
pola gelombang otak pada manusia. Jaringan otak manusia menghasilkan gelombang
listrik berfruktuasi yang disebut sebagai gelombang otak (brainwave). Gelombang
otak ini terdiri atas empat jenis yaitu gelombang beta, alpha, theta, dan
delta. Dalam satu waktu, otak manusia terkadang mampu menghasilkan berbagai
gelombang otak secara bersamaan. Selanjutnya dari keempat gelombang otak
tersebut pasti akan ada jenis gelombang otak yang dominan, inilah yang kemudian
yang memperlihatkan aktivitas pikiran seseorang ketika itu.
Untuk
mengetahui kondisi gelombang otak seseorang tentu tidak bisa dilakukan secara
kasap mata, namun harus dilakukan dengan menggunakan detektor yang disebut
dengan Electro Encephalograph (EEG).
Gelombang Beta
Gelombang beta
adalah gelombang otak yang dominan saat kondisi terjaga dan menjalani aktivitas
sehari-hari yang menuntut logika atau analisis tinggi misalnya berolahraga,
berdebat dan sebagainya. Dalam frekuaensi ini kerja otak cendrung memicu
munculnya rasa cemas, khawatir, stres, dan marah.
Apabila diukur
dengan alat pengukur gelombang otak, gelombang otak berputar sebanyak 14-24
putaran perdetik, sehingga dalam kondisi otak ketika itu tidak mudah menerima
saran atau sugesti dari orang lain karena jumlah fokus cukup banyak dan sulit
untuk diarahkan. Otak dalam kondisi beta sangat logis, analitisnonsugestif
dengan jumlah fokus 5-9 fokus. Dalam waktu yang bersamaan fokus bisa tertuju
pada banyak objek, contoh ketika berada di sebuah ruangan pandangan bisa
terfokus pada 5-9 objek, baik lemari,
kursi, meja dan sebagainya.
Gelombang Alpha
Gelombang Alpha
menggambarkan posisi khusyuk, rileks, mediatif, dan nyaman. Gelombang alpha
mengindikasikan bahwa seseorang berada dalam light trance (kondisi hipnotis
ringan) Gelombang Alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar
mulai pasif, sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif. Pada kondisi alpha,
stres pikiran pikiran akan lebih rileks dan gelombang otak akan berputar 7-14
putaran per detik.
Gelombang Theta
Pada kondisi
theta kesadaran manusia lebih mengarah ke dalam dirinya sendiri misalnya ketika
merasakan kantuk yang mendalam, pada kondisi ini pikiran bawah sadar sudah
benar-benar aktif. Gelombang theta berada pada frekuensi yang rendah. Seseorang
akan berada pada kondisi ini ketika ia sangat khusyuk dan merasakan keheningan
yang mendalam (deep meditation), serta mampu mendengar nurani bawah sadarnya.
Kondisi theta bisa juga disebut kondisi setengah tidur (mediatif) dan kondisi
gelombang otak seperti ini bukan kondisi hipnotis yang diperuntukan dalam
proses pembelajaran di kelas.
Gelombang Delta
Kondisi delta
merupakan frekuaensi terendah, gelombang ini terdeteksi saat tertidur pulas dan
tidak bisa menerima sugesti apapun. Dan seseorang yang memasuki kondisi ini
tidak bisa terhipnotis.
Interpretasi tentang
belajar
Uraian berikut
akan diarahkan untuk melihat konsep dasar tentang pembelajaran dengan menelaah
beberapa interpretasi pemikir-pemikir pendidikan tentang pembelajaran.
Wetherington sebagaimana yang dikutip Nana Syaodih mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola
respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan
dan kecakapan. Sementara itu Sardiman mengatakan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Senada dengan
kedua rumusan tersebut, Surya mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya
Berdasarkan
rumusan-rumusan definisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan pada diri individu. Dari aspek pendidikan, belajar
terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan (readiness) pada diri
seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya, seseorang akan lebih respek
dan memiliki pemahaman yang lebih baik (sensitive) terhadap objek, makna, dan
peristiwa yang dialami dan lebih responsif dalam melakukan tindakan.
Dengan demikian
maka pembelajaran merupakan upaya membelajarkan atau upaya mengarahkan
aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Dalam pembelajaran ini terdapat dua
aktivitas sekaligus yaitu aktivitas guru (mengajar) dan aktivitas siswa
(belajar). Sementara itu Dunkin dan Biddle sebagaimana yang dikemukakan Madjid
mengatakan bahwa proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi,
yaitu: 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel
konteks (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process
variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan
peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Bruner
sebagaimana yang dikemukakan Nasution mengatakan bahwa dalam proses belajar
terdapat tiga fase yaitu: (1) informasi, dalam setiap pelajaran siswa
memperoleh informasi yang heterogen; (2) transformasi, informasi yang heterogen
tersebut kemudian dianalisis, diubah ke dalam bentuk yang lebih abstrak dan
konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas, sehingga disini
diperlukan bantuan guru; (3) evaluasi, selanjutnya dilakukan proses penilaian
mana yang bermanfaat di antara informasi yang diperoleh tersebut.
William Burton
sebagaimana yang dirilis Oemar Hamalik mengemukakan beberapa prinsip belajar
yaitu:
1.
Proses belajar adalah
pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going)
2.
Proses itu melalui
bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat
pada satu tujuan tertentu
3.
Pengalaman belajar secara
maksimum bermakna bagi kehidupan murid
4.
Pengalaman belajar bersumber
dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu
5.
Proses belajar dan hasil
belajar disyarati oleh heriditas dan lingkungan
6.
Proses belajar dan hasil
usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di
kalangan murid-murid
7.
Proses belajar berlangsung
secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang
diinginkan disesuaikan dengan kematangan
murid
Proses
pembelajaran sesungguhnya melibatkan berbagai aktivitas, baik yang berhubungan
dengan siswa maupun guru, sehingga dalam proses pembelajaran tercipta interaksi
aktif antara guru dan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan selama ini
belum secara optimal mampu membangun lingkungan interaksi aktif antara guru dan
siswa. Terkait persoalan ini Dede Rosyada mengatakan bahwa model pembelajaran
pasif menggambarkan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru menerangkan,
murid mendengarkan, guru mendektekan murid mencatat, guru bertanya, murid
menjawab. Model pembelajaran ini dianalogikan juga dengan pendidikan gaya bank,
yakni pendidikan model deposito, guru sebagai deposan yang mendepositokan
pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya mencatat dan
menfile semua yang disampaikan guru. Pengajaran model ini juga disebut dengan
pendidikan gaya komando yang muncul di era 60 an dan 70 an. Dalam pengjaran
model komando, guru biasanya mempersiapkan bahan untuk diterangkan kepada
siswa, memberikan ilusterasi disertai contoh-contoh, dianalisis dengan berbagai
faktornya, lalu disiapkan tes akhir pelajaran untuk mengukur keberhasilan
pengajaran.
Hypnoteaching dan Proses
Pembelajaran
Informasi yang
masuk melalui panca indera tidak secara langsung diserap oleh pikiran bawah
sadar seseorang, namun membutuhkan daya analisis dari pikiran sadar yang
disebut critical area. Critical area ini diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai filter informasi untuk menyeleksi hal-hal yang membahayakan dan
bertentangan dengan diri. Untuk mengatasi critical area yang terlalu aktif pada
diri seseorang, maka dibutuhkan hipnosis untuk menonaktifkan critical area,
sehingga informasi yang diperoleh seseorang bisa diserap dengan mudah dan
tersimpan di pikiran bawah sadar seseorang.
Hypnoteaching
merupakan bagian dari ilmu hipnotis. Hipnotis sebagaimana yang dikemukakan pada
uraian sebelumnya merupakan teknik komunikasi alam bawah sadar. Sementara itu
hypnoteaching merupakan seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar
para siswa menjadi lebih kreatif, cerdas dan imajinatif.
Sebagaimana
hipnotis pada umumnya, maka penyajian materi dengan menggunakan metode
hypnoteaching dilakukan dengan mengkomunikasikan pikiran alam bawah sadar yang
dapat menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara optimal terhadap
materi yang disampaikan guru. Pikiran alam bawah sadar lebih mendominasi dalam
setiap kegiatan manusia. Pikiran sadar hanya berpengaruh sekitar kurang lebih
12%, sementara pengaruh pikiran bawah sadar memegang kendali 88%. Pikiran bawah
sadar lebih bersifat netral dan sugestif. Pikiran bawah sadar dapat diasumsikan
sebagai sebuah memori jangka panjang manusia yang menyimpan berbagai peristiwa,
baik yang berdasarkan pengalaman pribadi (eksperimental) maupun orang lain
(induksi).
Kondisi
hipnotis dapat dibagi menjadi hipnotis ringan (light hypnosis) dan hipnotis
dalam (deep hypnosis). Proses belajar mengajar lebih menggunakan teknik light
hypnosis. Dalam kondisi hipnotis ringan, gelombang pikir seseorang berada pada
light alpha
Ibnu Hajar
mengemukakan beberapa langkah dasar yang perlu dilakukan dalam
mengimplementasikan metode hypnoteaching:
Niat dan motivasi
dalam diri sendiri
Dalam mengimplementasikan
metode ini, seorang guru harus menanamkan niat yang kuat, sebab niat ini akan
memunculkan motivasi yang tinggi dan komitmen yang kuat.
Pacing
Pacing adalah
menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain
atau dalam hal ini adalah siswa. Adapun teknik melakukan pacing ini adalah: a)
bayangkan usia guru setara dengan siswa; b) gunakan bahasa yang seringkali
digunakan siswa; c) lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah sesuai dengan tema
bahasan; d) kaitkan tema bahasan dengan tema yang seang trend di kalangan
siswa; e) selalu up date pengetahuan
terkait tema bahasan
Leading
Leading berarti
memimpin atau mengarahkan sesuatu. Proses ini dilakukan setelah pacing.
Dalam
pembelajaran, guru harus mengkombinasikan antara peacing dan leading. Kombinasi
kedua teknik ini akan menciptakan suasana kondusif dan efektif dalam
pembelajaran.
Gunakan kata positif
Langkah
pendukung selanjutnya adalah menggunakan bahasa atau kata-kata yang positif.
Kata-kata positif sesuai dengan sistem kerja pikiran alam bawah sadar yang
tidak menerima sugesti negatif.
Berikan pujian
Pujian
merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu
cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus
pada siswa Anda. Khususnya ketika ia berhasil melakukan atau mencapai prestasi.
Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap berikan pujian. Termasuk ketika ia
berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri, meski mungkin masih
berada di bawah standart teman-temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan
pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya
Modeling
Modeling adalah
proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini
sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah siswa menjadi
nyaman dengan Anda, kemudian dapat Anda arahkan sesuai yang Anda inginkan,
dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa
pada Anda dimantapkan dengan perilaku Anda yang konsisten dengan ucapan dan
ajaran Anda. Sehingga Anda selalu menjadi figure yang dipercaya.
Selanjutnya
seorang guru ketika akan mengaplikasikan metode hypnoteaching dapat melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Semua siswa
dipersilahkan duduk dengan rileks
2.
Kosongkan
pikiran untuk sesaat
3.
Tarik napas
panjang lewat hidung, lalu hembuskan lewat mulut
4.
Lakukan
secara berulang dengan pernapasan yang teratur
5.
Berikan
sugesti pada setiap tarikan napas supaya badan terasa rileks
6.
Lakukan terus
menerus dan berulang
7.
Perhatikan
posisi kepala dari semua suyet. Bagi yang sudah tertidur, akan nampak tertunduk
atau leher tidak mampu menahan beratnya kepala
8.
Selanjutnya
berikan sugesti positif, seperti fokus pada pikiran, peka terhadap pendengaran,
fresh otak dan pikiran, serta kenyamanan pada seluruh badan
9.
Jika dirasa
sudah cukup, bangunkan suyet secara bertahap dengan melakukan hitungan 1-10,
maka pada hitungan 10, semua sayet akan tersadar dalam kondisi segar bugar.
Hipnosis dalam pembelajaran sesungguhnya
diperlukan untuk membendung aktifitas critical area siswa. Ketika aktifitas
critical area siswa berada pada level yang cukup signifikan, maka informasi
akan lebih sulit diterima dan direkam dalam memori jangka panjang (alam bawah
sadar). Dalam kondisi ini, siswa akan menolak informasi-informasi yang
bertentangan dengan keinginannya. Sebagai contoh, ketika siswa tidak menyukai
salah satu materi pelajaran tentu ia akan sulit menerima informasi yang
disampaikan guru. Hal ini terjadi karena dalam kondisi ini aktifitas critical
area siswa cukup tinggi. Dengan demikian, maka seorang guru harus mampu
menembus CA tersebut melalui metode hipnoteaching.
Andri Hakim mengungkapkan bahwa untuk dapat
menembus CA, seorang guru harus memahami beberapa hal dalam proses hipnosis di antaranya:
1) Relaxation; proses pembelajaran harus dimulai dengan suasana yang
menyenangkan yang dapat membuat siswa relaks, hal ini diperlukan untuk
mengistirahatkan aktifitas CA. Relaxation ini bisa diciptakan dengan
memperhatikan suasana kelas, penampilan pengajar dan kalimat pembuka yang dapat
membangun motivasi siswa; 2) Mind Focus & Alpha State; hipnosis dalam
pembelajaran bekerja pada level gelombang alpha yaitu mengkondisikan siswa
untuk memasuki kondisi hipnosis (hypnosis state). Dalam kondisi ini siswa
diharapkan lebih mudah merekam informasi ke dalam memori jangka panjang; 3)
Komunikasi bawah sadar; komunikasi terkadang kurang efektif dan efisien. Hal
ini disebabkan tidak adanya komunikasi bawah sadar yang mendukung terjadinya
sebuah “two way communication heart to heart” atau komunikasi dua arah dari
hati ke hati”. Dengan demikian maka diperlukan beberapa hal untuk membangun
komunikasi bawah sadar di antaranya: a) informasikan hal yang akan disampaikan
kepada siswa; b) guru harus memperhatiakan cara penyampaian dan cara mengatakan
informasi tersebut; c) kondisi atau situasi yang kondusif.
Dalam proses pembelajaran PAI, seorang guru
bisa menjadikan metode ini sebagai alternatif untuk bisa menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dengan membawa siswa ke suasana
rileks dengan mengubah gelombang pikiran siswa ke alam bawah sadar. Dengan
demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan suasana yang kondusif
serta menumbuhkan daya kreativitas siswa.
Penutup
Pembelajaran merupakan ruh sebuah proses
kependidikan, sehingga proses pembelajaran menjadi bagian yang cukup vital.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, seorang guru dituntut
melahirkan produk-produk inovatif dan kreatif.
Hypnoteaching
merupakan metode alternatif yang bisa digunakan guru dalam membangun suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Metode ini merupakan bagian dari
aplikasi ilmu hipnotis yang bisa membawa siswa pada suasana relaksasi dalam
menerima materi pelajaran.
Adapun sistem kerja metode ini adalah guru
melakukan komunikasi pada alam bawah sadar siswa, hal ini dilakukan dengan cara
mengubah gelombang otak dari beta ke alpha. Dengan demikian, maka hipnosis dalam pembelajaran bukanlah model
hipnosis yang dipersepsikan dalam acara-acara televisi, namun hipnosis dalam
pembelajaran hanya berusaha membangun kondisi yang kondusif dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran (siswa tidak dibuat tertidur). Dalam kondisi alpha,
konsentrasi siswa akan terfokus, di saat inilah proses pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna.
Daftar Pustaka
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran:
Pengembangan standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Ade W. Gunawan, Hypnosis: The Art of
Subconscious Communication, Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, Jakarta:
Pt. Gramedia Utama, 2007
Agung Webe, “Smart Teaching 5 Metode
Efektif Lejitkan Prestasi Anak didik”, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher,
2010
Andri Hakim, “Hypnosis in The Teaching:
Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar”,Jakarta: Visimedia, 2011
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem
Pembelajaran, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2009
Eko Supriyanto, H., Inovasi Pendidikan:
Isu-isu Baru Pembelajaran, Manajemen, dan Sistem Pendidikan di Indonesia,
Surakarta: Muhamadiyah University Press, cet v, 2009
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan
Demokratis: Suatu Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2004
Dianata Eka Putra, Mahir Hipnotis dalam
1 Hari”, Jakarta: Cetak Buku Publisher, 2010
Ibnu Hajar, Hypno Teaching: Memaksimalkan
Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapi, Yogyakarta: Diva Press,
2011
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru
Inspiratif, Kratif, dan Inovatif, Yogyakarta: Diva Press, 2010
John Af., “Hipnotis Modern”, (Djap
Djempoel, 2009), h. 28
Lias Hasibuan, H., Kurikulum dan
Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
M. Surya, Psikologi Pembelajaran dan
Pengajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Nana Syaudih Sukmadinata, Psikologi
Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Pangumbaraan, K.S., “Master Hipnotis”,
Djap Djempoel, 2010
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Setia I. Rusli & Johanes Arifin
Wijaya, “The secret Of Hypnosis: Mengungkap Rahasia hipnosis, mencegah,
menghindari, dan menghadapi kejahatan Hipnosis, Jakarta: Penebar Plus+,
2009
Tohirin, Psikologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam: Berbasis Inegrasi dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006
Willy Wong & Andri Hakim, “Dahsyatnya
Hipnosis”, Jakarta: Visimedia, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar